Dia wanita cantik bertubuh indah, ditanggalkannya mewahnya hidup, dilepaskannya segala noda hitam jejak langkahnya, ditinggalkannya sebutan baginya dulu, Pelacur!!!
"apa agamamu?" katanya, setengah mengejutkan pria yang duduk disebelahnya, didalam sebuah metromini yang panas itu.
Pria itu menatapnya nanar, kemeja yang kancingnya dilepas dua dibagian atas membuat seuntai kalung Salib menunjukkan dirinya. Sang wanita itupun tidak membutuhkan jawabannya lagi, ia hanya tersenyum manis.
"ini hari minggu, kau hendak mengajakku ikut beribadah...?" kata wanita itu lagi, pria itu hanya mengangguk pelan, tanpa pertanyaan apapun.
Sesampainya di sebuah gedung menjulang tinggi pada bagian depannya, dipuncak gedung itu diletakkan salib, jauh lebih besar daripada milik pria yang membawa sang wanita.
Tak ada ketenangan, ketakutan menghampirinya dalam setiap pergerakan manusia didalam gedung itu. Iapun berlari menjauh dari gedung itu. Tanpa pesan, bahkan selamat tinggal pun tak ada.
Mentari jatuh meninggalkan sang langit, jingga merengkuh awan yang tak kunjung menangis. Sang wanita berdiri didepan sebuah gedung berkubah besar. Berbeda dengan gedung sebelumnya, kali ini sepucuk bulan sabit ditemani bintang memuncaki gedung itu.
Wanita itu memasuki tempat suci itu, dibasuhnya kepala hingga telapak kakinya seperti kebanyakan orang yang berada disana. Dikenakannya pakaian ibadah yang diberikan petugas kepadanya, begitu panggilan berkumandang, ia justru berlari meninggalkan orang - orang yang hendak beribadah itu.
Tak ada kenyamanan, keraguan muncul, kakinya gemetar, dan asanya pun hilang seperti angin yang meninggalkan desa.
Lalu wanita itu kembali ke tempat dimana ia bisa bahagia, tempat yang tadinya hendak ia tinggalkan namun tak ada lagi tempat yang bisa ia tuju.
Wanita itu kembali menghamba kepada tuhannya, harta, kemewahan, dan kecantikan.