Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jadikan Aku Sahabatmu

14 Februari 2015   06:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pria itu kembali berjalan, ia sadar tujuannya masih cukup jauh untuk ditempuh. Ini bukanlah untuk kali pertama ia harus kerumah Randy. Tapi, kali pertama ia kesini, ia datang bersama beberapa yang lain, yaitu teman – teman Randy. Tak ada gunanya aku tetap bertahan, toh mereka sama sekali tidak menginginkan kehadiranku pikir pria itu sesaat. Baginya, adalah tanggung jawab moral untuk tetap bersama – sama dengan para remaja yang baru dia kenal itu. Tapi bagi remaja – remaja itu, mungkin mereka berpikir lain.

Terik mentari tak menyurutkan langkah Andri, ia tahu bahwa ia harus mewujudkan mimpi anak – anak yang mau berkembang. Meski terkadang, ia harus mengelus dada demi menahan amarah atas prilaku anak – anak itu.

“Kami mau ikut festival film bang…” kata Vina, beberapa minggu sebelumnya. Sebagai seseorang yang sedikit memahami dunia perfilman, Andri tertarik untuk membantu Randy, Vina dan teman – temannya yang lain.

Andri sungguh tak menyangka, bahwa ia akan berhadapan dengan anak – anak yang disebutnya tidak punya mimpi. Tapi ia masih bertahan, demi satu tujuan, demi satu harapan, bahwa ada seseorang yang bisa melakukan sesuatu yang lebih baik daripada dirinya sendiri.

“Yang lain mana?” kata Andri, begitu ia sampai didepan pintu Randy. Andri sekali lagi harus menahan amarahnya dalam senyum. Dirumah Randy, pria itu hanya melihat tiga orang, Anto dan Vina, sutradara dan penulis skenario yang dipilih sendiri oleh Andri. Sedang satu lainnya, sudah pasti Randy, si pemilik rumah.

“Belum datang bang…” kata Vina, nyaris tidak memperhatikan bahwa Andri sedang memperhatikan jam tangannya. Janji untuk bertemu adalah jam delapan, Andri sendiri sampai ditempat itu jam setengah sepuluh. Harapannya adalah, ketika sampai, ia sudah melihat remaja – remaja yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri itu mulai bekerja.

Tatapan Andri tajam, hampir menusuk setiap orang yang ia pandang. Semua sudah hadir kini, hanya satu yang tidak ada, Rinto. Rinto, remaja muda yang punya cita – cita sebagai sutradara, yang mengenalkan Andri kepada teman – temannya, dan membuat Andri tertarik untuk membantu anak – anak itu membuat film pendek mereka.

“Apa kalian membutuhkan saya?” Kata Andri, mencoba merendahkan nada suaranya. Semuanya diam, hening dan tidak menjawab. Tidak ada yang berucap, selain saling lempar pandang layaknya seseorang yang sedang dipersalahkan.

Andri, kembali mengucapkan kata – kata yang sudah berulang kali ia katakan. Andri tidak mau menjadi sok dibutuhkan. Kalau memang anak – anak itu merasa terganggu dengan kehadiran pria itu, dia akan segera meninggalkan mereka.

“Aku bertahan, karena aku tau bahwa kalian adalah orang – orang terbaik” kata Andri akhirnya. Ia tidak mau melanjutkan ucapannya, yang bisa saja menyakiti hati orang – orang tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun