KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sebuah lembaga independen, yang super body dan dengan kekuatannya mampu menjebloskan banyak petinggi negri kebalik jeruji hitam.
KPK adalah satu - satunya lembaga yang memiliki pendukung terbanyak di Indonesia dewasa ini. Maklum, negri yang sudah diajari korupsi oleh para penjajah memang, menjadikan korupsi sebagai sebuah budaya.
Masih ingat kasus Antasari Azhar yang menjebloskan Aulia Pohan ke penjara? Saat itu, SBY adalah sang presiden dan Antasari baru saja menggantikan Taufiqurahman. Berkembang kabar kalau Antasari Azhar adalah "orangnya" Megawati yang tanpa tedeng aling - aling mengganyang habis koruptor dari kubu SBY. Kemudian, Antasari Azhar pun kena getahnya, sang ksatria harus merasakan dinginnya bui, seperti para koruptor. Hanya saja pak Antasari, masuk penjara karena beliau dituduh dan dikatakan terbukti membunuh Nasrudin Zulkarnaen.
Lenyap sudah cerita Antasari Azhar dari media, bahkan wajahnya pun tak tampak lagi dilayar kaca. Kini, Abraham Samad sang ketua KPK sejak 2011 diterpa kasus yang nyaris serupa. Abraham Samad, dikatakan berbuat pidana dan sedang dikasuskan bahkan statusnya menjadi tersangka. Kabarnya, Abraham adalah orangnya SBY, dan Abraham siap - siap menggiring Megawati kebalik tralis besi. Setidaknya, masyarakat (lewat pembentukan opini publik) sudah percaya kalau Megawati terlibat kasus BLBI 2002 silam.
Kemudian, presiden sekarang yang dianggap adalah "bonekanya" Megawati memberhentikan Abraham sebelum masa baktinya selesai. Dan Taufiqurahman diangkat menjadi plt Pimpinan KPK.
Taufiqurahman adalah ketua KPK periode 1, pada saat awal KPK dibentuk, tahun 2003, presidennya Megawati. Lalu, bisakah kita menganggap Taufiqurahman sebagai "orangnya" Megawati?
Tampaknya seluruh petinggi di Negri ini harus menjelaskan mengenai kabar :
1. Antasari "orangnya" Megawati
2. Abraham "Orangnya" SBY
Agar rakyat bisa benar - benar percaya, bahwa Taufiqurahman bukanlah "orangnya" Megawati. Dan agar rakyat juga benar - benar yakin, bahwa KPK bukanlah lembaga titipan untuk saling serang lawan politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H