Pagi itu, waktu masih menunjukkan pukul sembilan. Waktu saya berjalan melintasi satu jalan tidak terlalu besar, namun cukup untuk dua mobil berlalu lalang dalam dua arah berbeda.
Saya terkejut luar biasa, saat sebuah spion mobil mini sedan menyenggol siku lengan saya. Kebetulan, satu malam penuh saya belum tidur, membuat keseimbangan tubuh agak berkurang. Ditambah lagi wajah yang sedikit pucat karena memang belum menyantap apapun dari semalam.
Tapi, peristiwa itu sama sekali tidak menyakiti saya. Maksudnya, saya bahkan tidak terjatuh atau merasa kesakitan sekalipun. Namun, berjarak sekitar dua meter dihadapan saya, mobil itu berhenti.
Saya mulai ragu, kalau kalau si pengandara merasa terjadi sesuatu pada spionnya. Atau justru marah kepada saya yang memang berjalan agak sedikit ditengah.
"Maaf ya bang..." kata pengendara mobil itu datang mendekati saya "abang nggak apa apa kan?"
Kali ini saya terkejut pada sikap yang ditunjukkan pria ini. Bukan hanya karena kerendahan hatinya yang bersedia untuk meminta maaf, namun juga jarang sekali menemukan pengemudi bersikap demikian.
Setelah saya mengatakan bahwa semua baik -- baik saja, pria itu kembali kedalam mobilnya. Namun ketika hendak melanjutkan perjalanan, ia kembali membuka kaca jendela, memastikan bahwa semua benar baik -- baik saja.
Kalau saja semua pengendara di jalan raya bisa bersikap seperti ini, saya yakin betul kita akan jarang sekali mendengar klakson yang berteriak saling sahut menyahut saat lampu merah atau kemacetan tiba.
Atau pertengkaran sesama pengguna jalan mungkin bisa di minimalisir saat setiap orang mulai menggunakan pikiran jernihnya bahwa setiap orang mungkin saja bisa melakukan kesalahan.
Teringat beberapa kejadian yang juga pernah saya alami ketika berjalan di jalan raya. Misalnya saat seorang gadis yang mengendarai sepeda motor nyaris menabrak saya.