Mata gadis itu melihat saya dengan tajam bersiap dengan segala perdebatan. Bukannya minta maaf atau apapun yang menunjukkan rasa bersalah, gadis tersebut justru lama sekali menatap saya.
"Mbanya lawan arah" kata saya akhirnya memutus harapan gadis malang tersebut untuk sebuah pertengkaran.
Dewasa ini sensitif kita terhadap sesama manusia memang patut dipertanyakan. Seringkali kita merasa benar sendiri, dan bila ada orang lain yang berhadapan dengan kita dan mengatakan sebaliknya, kita anggap sebagai musuh.
Tidak jarang pula kita terjebak pada perdebatan -- perdebatan tidak perlu dengan orang asing hanya untuk sebuah pembenaran.
Bagi saya, disinilah saatnya kedewasaan kita sebagai seorang manusia diuji. Bukankah menyakiti perasaan orang lain baik secara perkataan ataupun perbuatan adalah kesalahan, terlepas dari sengaja atau tidak sengaja kita melakukannya.
Bukankah sesungguhnya minta maaf adalah tugas yang tidak terlalu berat. Dan tidak membuat harga diri seorang manusia menjadi jatuh dihadapan orang yang mendengarnya?
Atau kita akan terus merasa tidak ada kesalahan dan ego bahwa kita adalah yang paling benar akan selalu dipelihara?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H