Banyak orang mengatakan bahwa air dan api adalah dua elemen yang diciptakan semesta untuk tidak akan pernah saling bersama. Aku menolak untuk percaya.
Adam dan Rangga adalah dua orang yang bagi kebanyakan orang tidak akan pernah bisa bersama. Tidak sebagai sepasang teman, sahabat, apalagi kekasih. Perbedaan keduanya terlalu banyak bila dituliskan satu persatu.
Adam adalah jenis pria yang tidak bisa hidup teratur, menolak untuk terjebak menjadi budak korporat. Dimana harus memaksanya masuk kantor pukul sembilan pagi dan pulang tujuh jam kemudian. Adam tidak terbiasa dengan hidup statis, bahkan sejak sekolah menengah atas dia sudah menabrak aturan -- aturan normal dalam kehidupan manusia tersebut.
Bagi Rangga, yang hidup dan dididik dalam keluarga penuh disiplin dan aturan, keteraturan itu justru yang paling penting. Menjalankan sesuatu yang membosankan bagi sebagian orang, adalah pilihan terbaik dalam menjalankan hidup dan mengejar mimpi baginya. Rangga harus membuat jadwal untuk semua yang akan dilakukannya, bahkan untuk liburan sekalipun. Rangga tidak pernah mempersiapkan diri untuk kejutan yang mungkin diberikan semesta kepadanya.
Di sisi lain, Adam lebih memilih untuk bekerja sebagai seorang tour guide, terkadang dia akan masuk ke kedai kopi sebagai bartender, di waktu lain dia akan menjadi guru les privat Bahasa Inggris. Adam hanya akan melakukan pekerjaan yang dicintainya, dan tidak akan pernah melakukan sesuatu dengan rasa terpaksa. Adam, tumbuh dan didewasakan oleh jalanan yang liar, dan bebas dari segala disiplin kehidupan.
Dibesarkan dan tumbuh dengan sejuta pengalaman, Adam adalah orang yang tepat untuk berbicara mengenai banyak hal. Dia bisa terlibat dalam pembicaraan tentang K-Pop yang sedang melanda dunia, disaat bersamaan bisa juga diajak berdiskusi tentang akhir dari Dinasti Joseon dari negara yang sama.
Sedangkan Rangga, hanya akan bisa ini itu yang sempat dibacanya dalam buku sejarah saat sekolah dulu. Itupun kalau dia tidak melupakannya.
Disaat terjebak dalam pilihan, Adam adalah seorang yang memilih untuk berpikir taktis, ketika Rangga justru terjebak dilematis. Adam seolah selalu melakukan atau mengatakan sesuatu sebelum berpikir. Kenyataannya, Adam sudah mengetahui kemungkinan -- kemungkinan yang akan terjadi saat dia memutuskan.
Bagi Rangga, butuh waktu berhari -- hari memutuskan sesuatu, bahkan menyoal pakaian yang akan dikenakan saat menghadiri pernikahan krabat sekalipun. Satu hal yang tidak akan pernah akan menemui kesamaan dengan Adam yang nyaman dengan kaos oblong dipakai tiga hari berturut turut, hanya dilepas ketika hendak tidur dan menikmati mimpi indah.
Intinya, dihadapan banyak orang yang mengenal mereka. Adam adalah jenis manusia urakan dan sembarangan. Rangga merupakan sosok panutan dalam disiplin yang tak bisa terbantahkan.
Namun, perbedaan itu justru menyatukan keduanya. Bagi Rangga, Adam adalah satu satunya orang yang mampu melengkapi hidupnya yang kaku. Bagi Adam, Rangga sanggup menunjukkan arah langkah yang seharusnya diambil untuknya. Setidaknya, Adam akan mendapatkan pilihan lain sebelum mengambil keputusan.