Reaksi negara Barat atas serangan Rusia terhadap Ukraina adalah sebuah sikap untuk melemahkan negeri beruang putih dari segala aspek. Bukan hanya embargo ekonomi, Amerika dan kawan - kawan juga sepakat untuk memutus hubungan internet di Rusia. Tidak sampai disitu, SWIFT yang merupakan system pembayaran internasional juga ikut memutus bank rusia dari jaringannya. Begitu pula Visa dan Mastercard yang telah memblokir penggunaan di luar negeri dari bank Rusia yang menggunakan kedua provider keuangan itu per tanggal 9 Maret 2022 lalu.
Hingga saat ini setidaknya delapan negara ditambah Uni Eropa, sudah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Alih - alih mundur dari aksi yang disebutnya sebagai operasi militer khusus, Rusia justru hadir ke permukaan sebagai singa buas yang siap menghantam siapapun lawannya.
Rusia jelas saja tidak panik, ketika berbagai sanksi dijatuhkan kepadanya. Menyoal embargo ekonomi yang dilancarkan Uni Eropa misalnya, bagaimana pun persatuan benua biru itu cepat atau lambat akan membutuhkan Rusia juga akhirnya. Bulan oktober mendatang, tujuh bulan dari saat ini, Eropa akan dihantam musim dingin. Cadangan gas dan minyak jelas dibutuhkan. Ironisnya, Rusia adalah salah satu pemasok utama kedua kebutuhan tersebut.
Menyoal Internet, Rusia sejak 2019 lalu sudah mengumumkan berhasil menjalankan miliknya sendiri. Menyebut Runet adalah hasil karya bentukan Rusia yang membuat negara ini tidak benar - benar terpengaruh dengan pemutusan sambungan yang dilakukan oleh Amerika.
Selain itu, SWIFT, Visa dan Mastercard tampaknya ceroboh dalam mengambil keputusan. Atas pemblokiran yang dilakukan ketiga jasa keuangan itu, kini Rusia menghadirkan Unionpay dalam bentuk virtual untuk membantu warga negaranya yang kesulitan menarik tunai di luar negeri. Lebih lanjut, bukan tidak mungkin Rusia akan mengundang China untuk membuat system pembayaran internasional baru sebagai alternatif penyeimbang di masa depan.
Menghadapi sanksi yang diterimanya, Rusia justru kini melarang ekspor sejumlah barang dan komoditas pertanian hingga akhir 2022. Dikutip dari kompas.com, larangan ekspor ini mencakup peralatan telekomunikasi, peralatan medis, barang otomatif, mesin pertanian, perlatan listrik dan teknologi, serta beberapa produk kehutanan. baca d isini
Aksi saling menjatuhkan sanksi ini, seharusnya membangunkan kita sebagai sebuah bangsa besar. Sejak merdeka pada 1945 lalu, Indonesia sudah diimpikan untuk berwujud menjadi salah satu negara berdikari. Melihat, kondisi geopolitik terkini, tidak ada salahnya, pemerinta mulai melakukan pembenahan secepat mungkin untuk menghadapi kemungkinan - kemungkinan lain dimasa depan.
Indonesia yang beberapa kali bersinggungan dengan Malaysia, Australia dan Filipina, bukan tidak mungkin suatu saat nanti mengalami apa yang dirasakan Rusia saat ini. Apabila kondisi geopolitik pasca perang Rusia - Ukraina tidak banyak berubah, maka sudah sepantasnya Indonesia kembali pada cita - cita utama para pendiri bangsa.
Saat ini, kita masih terlalu bergantung pada dunia luar dari dalam banyak kebutuhan. Yang paling miris, negara ini juga masih belum bisa menyediakan sendiri alat pertahanan negara yang memadai untuk melindungi kita dari berbagai serangan fisik. Bagaimana tidak, negara kita yang katanya peringkat 15 militer dunia, ternyata masih disuplai kebutuhan alutistanya oleh negara - negara besar di dunia.