Praktis sejak runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat bertindak sendirian sebagai negara adidaya, menunjuk dirinya sendiri sebagai polisi dunia. Segala perlakuan Negeri Paman Sam terhadap dunia, diminta untuk dimaklumi, sebagai bagian dari menjaga perdamaian dunia.
Sebut saja invasi di Afganistan pada 2001 dilanjutkan membumi hanguskan Irak pada 2003. Alasan Amerika saat itu adalah untuk memerangi terorisme, juga menuduh Irak memiliki senjata nuklir serta tentu saja menggulingkan Saddam Husein, demi memberikan rakyat Irak sebuah kemerdekaan.
Selain itu, Amerika Serikat juga tutup mata atas perlakuan Israel terhadap Palestina yang sudah sekian puluh tahun berkecamuk. Alih -- alih memberikan wejangan mediasi pada dua wilayah, Amerika tampaknya mendukung invasi berdarah yang dilakukan Israel tersebut.
Meski sedemikian kuatnya, Amerika tetap saja masih dihantui bayangan Rusia. Anak tertua dari Uni Soviet itu masih saja menjadi ancaman serius bagi barat dan sekutunya. Tampaknya hal ini lah yang membuat Amerika tidak buru -- buru membubarkan NATO yang awalnya dibentuk untuk menghadang Uni Soviet melebarkan paham komunisnya, setelah negara itu kolaps.
NATO sendiri awalnya didirikan dengan dua belas negara anggota. Amerika tentu saja bertindak sebagai pemimpin organisasi yang menyebut bila salah satu di antara mereka diserang, maka seluruh anggota akan turun tangan ini. Namun, belakangan negara -- negara lain ikut bergabung pada pakta pertahanan atlantik utara ini, sebut saja Yunani, Turki, Jerman (Sebagai Jerman Barat), dan Spanyol pada era Perang Dingin.
Belum puas dengan perluasan wilayah yang dimilikinya, NATO kembali berkembang setelah perang dingin dianggap usai, ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin pada 1991 lalu. Penambahan anggota pun tidak main -- main, kali ini NATO merekrut negara -- negara bekas kesatuan Uni Soviet menjadi sahabatnya.
Rusia yang adalah manifestasi dari Uni Soviet itu sendiri, menjadi satu -- satunya lawan berimbang bagi NATO. Kini terkepung oleh saudara -- saudaranya yang sudah berafiliasi dengan kubu lawan.
Tampaknya Rusia tidak benar -- benar khawatir, selama Ukraina dan Georgia tidak masuk ke dalam daftar pelebaran wilayah musuhnya.
Namun, Presiden Zelensky yang baru menjabat beberapa tahun membuat kejutan. Setelah keinginannya untuk dijamu sebagai saudara dalam Uni Eropa didiamkan oleh Putin, kini presiden yang berlatar comedian itu berharap bisa menyatu dengan NATO.
Sebagai organisasi terbuka, NATO tampaknya tidak keberatan atas keinginan Ukraina. Gayung bersambut, Rusia terpojok sendirian.