Pagi masih terlalu muda, baskara belum pula hadir menunjukkan senyumannya. Adam yang sudah bersiap dengan kemeja putih berpadu celana lenin hitam, bersiap akan kembali pada pekerjaannya hari ini. Adam melangkah mendekati ranjang, akan memberikan kecupan selamat pagi pada kekasihnya. Belum lagi langkah ketiga kakinya berjalan, sebuah pesan singkat memaksanya untuk kembali ke meja makan, mengambil ponsel untuk sebuah kejutan.
Dari seberang sana, seseorang memberi kabar, sebuah rumah peninggalan orang tua Adam. Adalah warisan yang merupakan milik pria itu, sudah dikontrakkan pada orang lain. Tobias, saudara laki - laki Adam menerima uang sewa rumah itu. Wajahnya merah padam, Adam sudah siap untuk melancarkan sebuah pertengkaran. Tapi tidak disini, tidak melalui sambungan telepon.
"hey..." kata Adam membangunkan Romeo yang masih setengah sadar "hari ini aku balik ke Medan"
"hah?" Romeo terperanjat, segera sadar seutuhnya "sekarang banget?"
"penerbangan terdekat" kata Adam. "kamu disini aja, paling sebelum tengah malam nanti aku sudah pulang" pria itu memastikan.
"Kamu yakin?" Romeo gelisah "Aku ikut ya?" pintanya
"biar aku sendiri ya, i don't wanna something happen to you"
Romeo mengenal Adam, sangat baik, terlalu baik, sesuatu di mata pria itu membuat Romeo tidak tenang. Tapi dia tahu, Adam akan mengizinkannya untuk mengikuti langkahnya kalau kekasihnya itu yakin bisa mengontrol keadaan. Kali ini, apapun yang sedang menanti Adam di kampung halamannya, adalah sebuah perbedaan. Perbedaan, yang jelas terlihat dari raut wajah Adam.
"If you say so... just take care" Romeo masih gelisah "kabarin aku every single detail..."