Pesawat itu mendarat setengah jam lebih lama dari seharusnya. Menanti antrian landasan pacu yang digunakan, kapten membawa seratus lebih penumpangnya mengitari langit Jogja sebelum diizinkan untuk mengecup aspal bandara.
Adam dan Romeo sudah gelisah dibangku penumpang, mereka harus bergegas menuju stasiun kereta api satu jam setelah menginjakkan kaki di bandara Yogyakarta. Tapi kemungkinan itu menjadi mustahil, setelah terlambat setengah jam, mereka masih butuh sekitar empat puluh menit untuk bias sampai di stasiun. Artinya, mereka kereta yang akan mereka tumpangi sudah berangkat sebelum keduanya benar -- benar sampai di kota Yogyakarta.
"kan udah aku bilang..." kata Adam mengeluh "ngambil flight itu jangan mepet banget"
Romeo sama kesalnya, tapi dia hanya terdiam membisu. Bagaimanapun dia yang memutuskan jadwal penerbangan dan kereta api, kemarin. Romeo bisa merasakan roda pesawat yang menggilas aspal bandara, seperti hatinya yang kini dirundung rasa bersalah.
"ada bagusnya juga sih..." Adam melanjutkan perkataannya, ketika penumpang lain sudah sibuk membuka bagasi kabin, berusaha mengambil barang -- barang mereka "jadi kita bisa having fun di jogja satu malam ini" katanya lagi setelah menatap murung yang jelas terlihat di wajah Romeo.
Romeo yang duduk didekat jendela menatap Adam sangat dalam. Begitu cepat pria itu melupakan kekesalannya, atas salah yang dilakukan Romeo. Begitu mudah dia mengambil sebuah kebaikan dari kekeliruan.
"kenapa?" kata Adam.
Ruangan kabin masih dipenuhi manusia yang saling terburu -- buru ingin segera meninggalkan pesawat. Seperti mereka sedang dikejar sesuatu, entah apa, entah siapa. Adam dan Romeo seperti perjalanan biasanya, mereka dengan tenang menanti kesempatan terbaik untuk mengangkat badan dari kursi, tidak ingin ikut berdesakan dengan puluhan orang -- orang itu.
***