Adam terbangun oleh dering telepon yang sudah kali mencoba membuyarkan mimpinya. Telepon itu mati, sebelum Adam sempat mengangkat dan mengucapkan salam. Ada tiga belas pesan masuk, tiga panggilan tak terjawab, dari orang yang sama. Sudah pukul tujuh tiga puluh lebih, pria itu sudah dinanti dikantor untuk persiapan persentasinya hari ini.
Kenyataannya, Adam masih berlindung dibawah selimut putih, hanya mengenakan celana pendek berwarna biru nyaris tidak merasakan kepanikan sebab sudah terlambat. Disebelahnya, Romeo masih tertidur pulas. Adam menyadari, semalam, bukanlah mimpi. Ketika malam yang sepi, sebuah ketukan pintu mengejutkannya dengan kepulangan orang yang paling ditunggunya selama ini.
Kini kamar apartment itu sudah cukup membuat Adam merasa betah untuk selamanya berada disana. Sebuah photo yang dicetak seukuran dinding untuk menghiasi kamar itu berhasil membuat Adam tersenyum simpul sendiri. Kali ini pria yang berada di photo itu, membelakangi kamera disebuah jembatan berwaran merah, ada disini, disebelahnya, tertidur merangkai mimpi mimpi terlalu lelah akibat perjalanan kemarin.
Adam sudah meninggalkan kasur, membiarkan Romeo terjebak dalam ketenangannya. Didapur, Adam mempersiapkan sarapan dengan bahan -- bahan seadanya, sudah dua minggu dia tidak masak sendiri, semenjak kawan -- kawan lebih sibuk mengajaknya makan disana -- sini setiap hari. Cukup menguras saku, tapi demi sebuah pertemanan, Adam menurut juga pada kawan -- kawannya.
"hei..." kata Romeo yang tiba -- tiba sudah berada didapur, melihat Adam sibuk dengan penggorengannya. "kau masak?"
"buat sarapan aja kok..." Adam yang merasa malu, terpergok "aku hari ini harus ke kantor, kau mau tunggu disini atau..."
Romeo tidak punya pilihan lain, tubuhnya masih terlalu lelah untuk berpergian. Lagi pula, kemana dia harus pergi dihari seperti ini. Dia mengangguk perlahan, dalam semenit, Adam sudah menaruh masakannya diatas meja makan dan bergegas ke lemari pakaian.
"kau tidak mandi?" Tanya Romeo heran.
"ini saja cukup..." Adam menunjukkan sebotol parfume miliknya, tersenyum bodoh "lagi pula aku cuma sebentar kok"