Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri, memang berkaitan erat dengan segala aktifitas perbankan. Selain itu, kini beberapa bank juga sudah menyediakan Cash Recycle Machine (CRM) yang adalah mesin setor -- tarik tunai, yang memungkinkan nasabah untuk tidak perlu ke teller lagi bila ingin menyetorkan uangnya untuk ditabung pada bank. Kemudian ada satu mesin lagi yang mungkin masih sangat jarang digunakan kebanyakan orang. Yaitu mesin non-tunai, adalah mesin yang tidak bisa melakukan aktifitas setor ataupun tarik uang, tapi bisa digunakan untuk transfer, registrasi mobile banking, atau aktifitas non-tunai lainnya.
Namun, seiring perkembangan jaman yang semakin canggih ini masih banyak orang yang belum benar -- benar mengerti bahwa ada etika dalam penggunaan mesin -- mesin tersebut. Tidak jarang kita melihat antrian pada sebuah mesin entah itu ATM ataupun CRM, mengular, membosankan hanya untuk satu transaksi menanti seorang yang sibuk dengan terlalu banyak transaksi yang harus dilakukannya.
Misalnya saja, pada bulan dengan tanggal muda. Beberapa orang hadir di mesin ATM untuk melakukan transfer ke lima atau bahkan lebih rekening tujuan menggunakan satu mesin yang sama. Sialnya, pada tempat itu hanya terdapat satu mesin yang bisa digunakan.
Atau kasus lain, mungkin orang ini baru saja menjual sebidang tanah dan mendapatkan pembayarannya dengan tunai. Sehingga, sebab waktu sudah bukan jadwal layanan bank, yang bersangkutan membawa tumpukan uang tersebut kehadapan CRM, dan dengan santai menyetor uangnya tanpa memperhatikan orang yang menunggu giliran dibelakangnya.
Ada lagi satu kasus yang pernah membuat saya hampir saja tertawa geli, setelah berdebat dengan seorang penjaga keamanan di sebuah bank. Musababnya tidak lain karena saya yang sedang mengantri di ATM bank tersebut, didahului oleh seorang pria berusia lima puluhan yang baru saja tiba. Saya yang mengingatkan pria itu untuk mengantri seperti yang lain, mulai kesal sebab penjaga keamanan yang ikut turun tangan. Singkat cerita, pria ini merupakan seorang nasabah prioritas pada bank tersebut. Dengan kartu berwarna hitam ditangannya, beliau merasa punya hak untuk melewati orang -- orang yang sedang mengantri menanti.
Maka patutlah sesungguhnya kita mulai belajar beretika dalam menggunakan mesin ATM atau CRM. Sebab layaknya telepon umum koin jaman dulu, ATM sesungguhnya diadakan untuk kemudahan publik. Bukan justru menjadi sumber masalah bahkan pertengkaran sesama nasabah.
Sebuah aturan tidak tertulis seharusnya kita pahami bersama, bahwa :
- Lakukan transaksi secukupnya di mesin yang sedang digunakan. Pun memang bila tidak memungkinkan, maka lakukan maksimal tiga transaksi pada ATM atau CRM. Kemudian tinggalkan mesin, bila masih butuh transaksi silakan ikut mengantri kembali.
- Bila kita sedang ingin melakukan setoran tunai, kemudian setelahnya uang tersebut hendak ditransfer. Lakukanlah setoran tunai terlebih dahulu, bila ada nasabah lain yang mengantri hendak menggunakan mesin yang sama, dan bila ada mesin ATM yang sedang tidak digunakan (atau digunakan tapi antriannya tidak terlalu panjang) pindahlah ke mesin ATM tersebut. Sehingga nasabah lain bisa melakukan transaksi di mesin setoran tunai yang akan kita tinggalkan tersebut.
- Apabila kita hanya sedang ingin melakukan transfer, apalagi dalam jumlah banyak transaksi. Apabila tersedia mesin non-tunai, maka sebaiknya menggunakan mesin tersebut. Sehingga tidak mengganggu alur di mesin ATM atau CRM.
- Anda mungkin seorang nasabah prioritas pada sebuah bank. Tapi ingat, status tersebut hanya berlaku untuk layanan nasabah atau teller pada cabang -- cabang yang menyediakan layanan prioritas. Mesin ATM ataupun CRM tidak ada hubungan dengan warna atau status kartu anda. Ikutlah mengantri seperti nasabah lain, jika anda harus menggunakan ATM ataupun CRM. Jangan sampai dengan mengandalkan status sebagai nasabah prioritas tersebut, anda justru menjadi bahan cemooh nasabah lain.
Setidaknya bila mengerti etika dalam bertranskasi dalam menggunakan ATM ataupun CRM. Kita bisa saling menghormati orang lain, yang mungkin sedang terburu, atau hanya ingin menarik lima puluh ribu tapi butuh waktu nyaris setengah jam menunggu hanya karena sikap arogan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H