Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Mahal "Street Society"

3 Maret 2014   17:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Street Society adalah film bergenre aksi otomotif, film mahal ini akhirnya saya tonton sebab seorang teman yang memang terlibat sebagai fans berat Marcell Chandrawinata, yang memerankan Rio, tokoh utama di film tersebut.

Saya menyebutnya film mahal, karena keberanian sang produser dan sutradara memadukan tiga merk mobil mewah sekaligus, adalah Lamborghini sebagai leading role, ditemani oleh Ferari yang hanya muncul beberapa sin (adegan) juga maercedes benz yang saya perhatikan hanya ada beberapa adegan sebagai mobil mewah, dan satu adegan sebagai sebuah taxi.

Namun, sangat disayangkan film mahal ini harus saya sebut sebagai cacat detail. Adalah adegan - adegan awal, dimana diperkenalkan Rio sebagai seorang pebalap bersama Nico, rivalnya yang suka memamerkan kekayaannya. Adegan perkenalan tokoh yang diawali dengan balapan di jembatan suromadu ini awalnya baik - baik saja, sebelum akhirnya penutup adegan, semua orang yang menonton balapan tersebut bubar, juga Rio dkk, dan Niko yang kalah dalam balapan tersebut. Letak kesalahan yang saya lihat adalah, dari deretan mobil mewah yang merknya sudah saya sebutkan tadi, nangkring sebuah city car buatan jepang, yang memang hanya kelihatan bagian belakangnya saja itupun sebenarnya sangat kecil, tapi tetap saja mengganggu mata yang asyik mengagumi keindahan mobil - mobil sport yang terpampang dilayar.

Soal kostum lain lagi, masih di adegan yang sama, sutradara sepertinya tidak memperhatikan wardrobe yang pantas untuk dipakai oleh seorang pria super kaya ditahun 2013. Kali ini Niko kembali mengganggu mata saya, yang menggunakan kostum ala boyband asal korea. Awalnya saya berpikir bahwa karakter Niko yang memang digambarkan sebagai orang china surabaya tersebut adalah penggemar boyband korea sebagai efek joke, tapi setelah berganti adegan, kostum yang digunakan oleh Niko seperti kehilangan identitas (sekarang pakai style ini, ntar pake style itu).  Kalau alasannya bahwa Niko adalah seorang yang super kaya, sebaiknya sutradara dalam hal ini Awi Suryadi, melakukan observasi sekali lagi, dalam menentukan bagaimana karakter orang kaya itu sebenarnya.

Dari sisi cerita, tak kalah mengejutkan saya. Cerita yang terkesan simple atau justru film-nya tidak ada cerita?

Point utama cerita ini adalah, Rio adalah musuh bebuyutan Niko, Rio jatuh cinta dengan Karina yang merupakan seorang DJ. Tanpa Rio ketahui, Karina adalah adik kandung Yopie, mereka berdua adalah anak sorang konglomerat yang ayahnya dibunuh oleh ayah Niko medio krisis ekonomi Indonesia.Karina dan Yopie memanfaatkan keahlian Rio dalam berbalapan, juga cinta rio, untuk menjebak Niko yang mendapat pengawasan 24 jam super ketat.

Namun, cacat cerita kembali terjadi, saat Rio yang karakternya suka gonta - ganti cewe itu tiba - tiba jatuh cinta dengan Karina. Hanya karena Karina yang menunjukkan diri sebagai seorang yang perduli akan kemacetan jakarta. Karakter seorang playboy yang digambarkan diawal, luntur seketika, karena Rio berubah menjadi pria romantis melankolis, yang sangat mencintai Karina. Bahkan Rio rela keluar dari dunia balapan atas permintaan Karina. Penulis skenario dan Sutradara harusnya memahami bahwa tidak secepat itu seseorang bisa berubah. Apalagi merubah karakter seorang playboy menjadi setia?

Cerita pendamping tak kalah membuat saya heran, karena ada atau tidaknya cerita ini, pada intinya Rio akan berpacaran dengan Karina. Adalah dua keponakan Rio yang sangat dimanja oleh Rio karena tidak mendapat perhatian dari kedua orang tua mereka, membuat Karina menjadi jatuh hati kepada Rio. Jika sasarannya untuk mengecoh penonton, hal tersebut saya bilang berhasil, namun penonton akan bertanya tanya setelah keluar bioskop. Kalau memang karina mau memanfaatkan rio, kenapa harus menolaknya diawal? atau yang lebih membingungkan karakter karina sebenarnya seperti apa? apa benar dia tidak punya perasaan sama sekali kepada rio, sedangkan ia tertarik terhadap rio, karena dibalik sifat urakannya, rio adalah orang yang bersahaja terhadap kedua keponakannya?

Selain itu ada adegan - adegan yang tidak penting dimasukkan atau terpaksa dimasukkan dalam film ini menurut saya. Salah satunya adalah tentang seorang malaysia yang hobi gonta ganti cewe, tapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan kisah Rio.

Secara keseluruhan film ini memang bagus sebagai tontonan (sekedar hiburan) tapi baiknya untuk memperbaiki dunia perfilman Indonesia, sudah seharusnya para sineas juga memperhatikan detail - detail dalam pembuatan film.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun