Entah karena takut kehilangan sepatunya, atau memang karena Bapak Dahlan Iskan lebih senang tampil sederhana, sebuah mesjid di Menteng hari ini menjadi saksi bisu, Pak Dahlan Iskan memakai sandal jepit berwarna hijau saat shalat jumat.
Dahlan Iskan-pun hadir tidak terlalu mencolok, hanya beberapa orang yang menyadari kehadirannya di mesjid itu, walaupun ibadah Jumat berlangsung cukup lama untuk mengenali seorang pejabat public hadir ditengah – tengah jamaah yang lain. Alih – alih menunjukkan diri sebagai seorang pejabat, Dahlan justru duduk di shaf ketiga terakhir. Untungnya saat itu, Dahlan tidak terlalu terlambat untuk menghadiri shalat jumat, sehingga beliau masih kebagian shaf “didalam” mesjid. Kenapa harus “didalam” karena Dahlan duduk, mendengarkan khotib diteras mesjid, yang sudah diberi sajadah tambahan.
Melihat sikap Dahlan yang hadir dengan cara sederhana ini tidak serta merta membuat saya memuji beliau. Walaupun pada kenyataannya media berulangkali mengabarkan bahwa Mentri BUMN tersebut memang sosok yang bersahaja.
Pikiran saya kemudian melayang pada dua penilaian, positif dan negative, terhadap kehadiran Dahlan Iskan di mesjid tersebut.
POSITIF :
Dahlan Iskan adalah sosok yang bersahaja, sederhana, dan tidak mau diistimewakan sebagai seorang mentri. Baginya di hadapan Sang Khalik, manusia itu sama saja, sama derajatnya, hanya amal perbuatan yang membedakannya.
Dahlan juga bukan typical pejabat yang mau menunjukkan pengawalan mencolok. Sebab yang saya lihat, Dahlan hanya dikawal oleh satu orang, yang (maaf) pakaian pengawal tersebut lebih necis ketimbang Dahlan sendiri.
Dahlan, sebagai pemimpin, ingin memberi citra positif kepada masyarakat. Bahwa pemimpin seharusnya bukan di elu – elukan, bukan diagung – agungkan, tidak perlu memberi penghormatan yang berlebihan (saya perhatikan saat beliau menjabat tangan beberapa orang dimesjid sambil tertawa bersahabat). Pemimpin hanya butuh dijadikan sahabat oleh rakyatnya.
NEGATIF :
Maaf, saya harus mengatakan bahwa tampilnya kesahajaan Dahlan Iskan di mesjid didaerah menteng hari ini (7/03/2014) justru membuat saya bertanya – Tanya. Apakah ini termasuk pencitraan untuk melenggangkan Dahlan Iskan ke kursi presiden pada pemilu 2014 mendatang?
Pemikiran ini bukan tanpa alasan, Shalat Jumat berlangsung sekitar jam 12.00 sampai 12.30 WIB. Kementrian BUMN letaknya di Jl. Medan Merdeka Selatan, apakah tidak terlalu jauh bagi seorang Dahlan Iskan untuk menghadiri shalat jumat di Menteng dari kantornya?
Apalagi, setelah selesai shalat, Dahlan pun makan siang disebuah restoran disebelah mesjid (tetap pakai sandal jepit) yang pastinya akan memakan waktu cukup lama. Tidakkah Dahlan berpikir bahwa jam kerjanya akan segera menghampiri, setengah jam kemudian?
Apapun itu, dari sisi positif maupun negative saya bangga hari ini bisa melihat seorang pejabat berbaur dengan rakyat tanpa ada pembatasnya sedikitpun. Biar bagaimanapun sosok Dahlan Iskan yang memakai sandal jepit seharga Rp. 10.000, - membuat saya yakin bahwa Don’t judge book by it’s cover walaupun kalau saya yang memakai sandal jepit itu, belum tentu ada orang yang bersedia mengenal saya.
-Salam Perubahan Indonesia Lebih Baik-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H