Megawati Soekarno Putri, forbes tidak ragu menempatkan presiden ke - 5 Republik Indonesia itu diurutan ke delapan sebagai "wanita terkuat" didunia, mengalahkan mantan perdana mentri Inggris, Margareth Tatcher. Kini, setelah sepuluh tahun berselang, Mega membuktikan "peng-anugerahan" tersebut. Kalau saja Mega bukanlah sosok wanita yang kuat, beliau sudah bisa dipastikan akan memilih dirinya sendiri untuk menjadi calon presiden Republik Indonesia priode 2014 - 2019. Atau, mengingat Bu Mega yang selama ini mengatakan bahwa "wanita harus bisa tampil sebagai pemimpin" selayaknya Mega menunjuk Risma (Wali kota Surabaya) untuk menjadi capres dari partai berlambang banteng miliknya. Toh Bu Risma tak kalah populer dibanding pak Joko?
Faktanya, hari ini, hari jumat, hari yang biasanya menjadi keramat bagi para koruptor untuk mendengar keputusan "tersangka" dari kuningan, gedung KPK, menjadi jumat keramat bagi partai - partai yang sudah mengusung capresnya sendiri. Memang harus diakui, di Indonesia sendiri, bagi pemerintah sendiri, atau bagi siapapun yang menjadi lawan dan kawan politik PDI-P, suara dari Lenteng Agung masih sangat menakutkan. Dan tampaknya, pihak moncong putih tidak mau menyingkirkan keangkeran markasnya itu, kemudian mendeklarasikan Joko Widodo sebagai (calon) Presiden dari Indonesia untuk Indonesia dan bagi Indonesia.
Kerapuhan seorang wanita, egoisme seorang tua, dan narsisme penguasa yang selama ini tersematkan pada sosok Megawati Soekarno Putri, terbantahkan sudah. Wanita itu kini melenggang, sambil mengucap permisi pada lawan - lawan politiknya, (mungkin) terutama kepada Susilo Bambang Yudhoyono, sang rival sejati. Tampaknya Mega merasa dirinya sudah tidak pantas untuk berlaga dengan SBY, mengingat tahun ini adalah tahun pertama SBY bertarung di pemilihan umum, sebagai ketua umum partai. Alih - alih face to face dengan SBY, Mega justru menunjuk "bocah kemarin sore" untuk beradu kekuatan dengan partai berlambang Mercy milik sang penguasa, yang sebentar lagi akan meninggalkan istana itu.
Pemberian mandat kepada Jokowi sontak membuat kubu cikeas panas dingin. Bang Ruhut yang dulu pernah bersarang di lenteng agung, segera mengeluarkan komentar negatif mengenai pencapresan jokowi. Lalu, lagi - lagi Mega masih diam saja, mungkin wanita renta itu merasa tugasnya sudah selesai dengan memerintahkan seluruh kader untuk mengamankan pemilu 2014 agar tidak terjadi kecurangan.
Dibalik riuhnya masyarakat Jokowi Lovers dalam pencapresan ini, publik lainnya justru melempar serangan - serangan negatif kepada Gubernur DKI Jakarta tersebut. Mega? Masih diam saja, seperti biasa putri pertama Bung Karno tersebut agaknya ingin mengatakan "sudah cukup banyak yang berbicara, saya cukup mengamati".
Dalam diam, Mega menunjukkan dirinya, kekalahan yang ia terima dengan lapang dada pada tiga pilpres sebelumnya, memberinya kekuatan luar biasa untuk membiarkan komentar buruk terhadapnya. Kini Megawati sudah mengucap permisi, ia bersiap menjadi seorang ibu yang mengajari anaknya dalam segala hal didunia politik yang teramat kejam ini. Harapan saya, Mega sebelumnya sudah mengajarkan Jokowi tentang "kekuatan sejati" yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu TAHAN BANTING SEPERTI APAPUN!
Saat paling menggetirkan adalah menatap kemenangan PDI - P dikursi senayan sebulan mendatang. Semua pihak akan mulai berspekulasi soal pendamping Joko Widodo menjadi cawapresnya. Dari sekian banyak nama, yang terbaik menurut saya adalah :
1. Bu Risma (Wali Kota Surabaya)
2. Pak JK (Mantan Wakil Presiden RI)
3. Pak Ahok (Wakil Gubernur DKI Jakarta)
Tapi biarlah soal cawapres menjadi wewenang Bu Megawati (Lagi) sudah cukup kita mendesak beliau untuk mencapreskan Joko Widodo, maka biarlah Wanita Hebat itu memilihkan pasangan yang cocok dengan Si Kurus Dari Solo....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H