Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Megawati dan Ketiga Jendral!

21 Maret 2014   02:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau saja tidak ada Bung Karno, mungkin Jend. Soeharto tidak akan pernah jadi presiden.

Kalau saja Jend. Soeharto tidak dilawan oleh Megawati, mungkin kini Prabowo adalah Presiden ke-3 Republik ini.

Kalau saja Megawati tidak mengangkat kembali SBY sebagai mentri, mungkin namanya sudah hilang ditelan masa.

Balada Sang Jendral yang dibungkam oleh Megawati Soekarno Putri. Perlawanan sengit putri pertama Bung Karno itu tidak hanya meruntuhkan kekuasaan rezim Jend. Soeharto, namun juga memutus asa "anak emas" orde baru yang digadang - gadang akan menggantikan posisi sang mertua, Prabowo Subianto. Maka, akan menjadi lelucon jika kini Prabowo ketar - ketir dan mengatakan bahwa dirinya dikhianati oleh Megawati. Karena pada dasarnya keduanya berada dikubu yang berbeda pada zaman awal reformasi. Masih bersyukur, Mega menutupi kesalahan Prabowo dan bersedia mengangkat sang jendral menjadi calon wakil presidennya pada 2009, hingga Prabowo bisa melenggang dengan nama "bersih" mengantarkan partainya ke senayan. Mungkin kalau Mega tidak mau melakukan hal tersebut, Gerindra masih berada dizona degradasi parpol Indonesia. Namun, perhitungan Mega tampaknya sangat matang, wanita yang pernah menyadang gelar 8 wanita terkuat dunia versi Forbes tersebut sesungguhnya menyadari bahwa ia tidak akan bisa menang dari SBY, tapi untuk membendung Prabowo masuk istana, maka Mega memaksakan diri maju sebagai presiden, apalagi saat itu PDI - P masih belum punya kader untuk dimajukan sebagai capres. Tujuan Mega jelas, hanya untuk melemahkan suara SBY di pilpres, dan menghalangi Prabowo sebagai penguasa di tanah air. Keakraban PDI - P dengan JK tampaknya menjadi jawaban, bahwa pada dasarnya Mega lebih mendukung JK daripada dirinya sendiri untuk melenggang ke istana pada 2009, hanya saja "anak emas orde baru" ini menjadi batu sandungan. Akhirnya SBY menang telak dengan pelbagai isu kecurangannya, Mega memberontak, tapi MK justru membungkam wanita itu. Lalu seperti apa sesungguhnya hubungan Megawati dengan tiga jendral yang menganggap presiden ke-5 RI itu sebagai momok?

MEGAWATI - JEND. SOEHARTO

Ketakutan Soeharto akan munculnya kekuatan baru dari trah Soekarno, memaksa sang Smiling General membungkam segala kegiatan politik anak - anak Presiden Pertama RI itu. Namun, dengan "diizinkannya" Mega masuk senayan puluhan tahun silam, sepertinya buat orde baru bukanlah ancaman yang nyata. Walau pada akhirnya, massa berada dibelakang Mega, dengan bantuan palsu dari Amien Rais, Megawati berhasil mendongkel Soeharto dari kursinya. Soeharto menyerah, sisa - sisa kekuatannya habis sudah, impiannya terbenam kedasar jurang terdalam.

MEGAWATI - JEND. PRABOWO

Bersandingnya Mega-Pro (Megawati - Prabowo) pada pilpres 2009, membuat banyak orang tidak sadar, bahwa orang yang paling sakit hati dengan runtuhnya Orde Baru adalah Prabowo. Jend. Prabowo digadang - gadang menjadi Presiden menggantikan kekuasaan Soeharto yang memang sudah berada diusia senja. Hanya saja Mega terlalu kuat, membendung kekuasaan Orde Baru, sama saja ia telah membunuh impian Prabowo untuk melenggang ke Istana. Lalu, seperti apa sesungguhnya hubungan psikologis antara Mega dan Prabowo, sepertinya pembaca lebih pintar untuk menyimpulkannya sendiri.

MEGAWATI - JEND. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Inilah jendral yang sudah terbuang oleh pemerintahan Gusdur, namun dipungut lagi oleh Mega. Bagaiman kisah selanjutnya, semua orang tahu, SBY memainkan peran sinetron untuk menghentikan laju Mega di istana, kemudian melenggang masuk kegedung bercat putih itu sebagai presiden. Wajar, kalau akhirnya Mega sangat marah kepada SBY, hingga keluar pernyataan "Kalau pak amien atau yang lain yang jadi presiden saya akan datang, asal jangan beliau!" menanggapi ketidakhadirannya dalam pelantikan presiden 20 oktober 2004.

Biar bagaimanapun, selama era reformasi, Megawati masih jadi sosok paling berpengaruh di negri ini. Setiap perkataannya akan memanaskan telinga siapapun, tidak terkecuali para jendral yang sudah "diselamatkannya" itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun