Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hotel Indonesia, Saksi yang Kian Membisu...

14 April 2014   12:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_303270" align="alignnone" width="607" caption="Dokumentasi Pribadi Hotel Indonesia 28 Desember 2013"][/caption]

Gedung membentuk huruf T, berhadapan langsung dengan patung selamat datang, menjadi salah satu ikon terbaik Kota Jakarta dan (dulu) menjadi kebanggan Bangsa Indonesia, dinamakan Hotel Indonesia.

Hotel berbintang pertama yang dibangun di ibu kota, sempat menjadi hotel terbesar di Asia Tenggara, kini seperti remuk diamuk pergolakan ekonomi negri ini.

Ditambah dengan embel embel Kempinsky setelah namanya, sudah pasti pengelola HI bukanlah lagi pemerintah Republik Indonesia. Entah apa yang mendasari "penjualan" benda bersejarah itu, entah setan apa yang merasuki para petinggi negri ini. Hotel Indonesia seakan tuan rumah di negri ini, pada dasarnya gedung tua itu sudah menjadi tamu yang hanya numpang cari duit.

Kemewahan dan kemegahan yang ditawarkan oleh HI, seakan tidak bisa lagi untuk kita banggakan. Hotel Indonesia tidak ubahnya seperti JW Marriot, atau Ritz Carlton hotel yang juga sudah bercokol di Jakarta, semuanya milik Asing!

Sejenak tepekur dalam diam, apakah kita masih layak disebut sebagai bangsa yang besar seperti yang didengungkan oleh Bung Karno? Masih ada pemakluman walaupun menyakitkan, bila yang terjual adalah perusahaan yang tak berbentuk. Tapi yang kehilangan identitas kini adalah saksi sejarah bangsa ini, mungkin bila HI adalah seorang manusia, ia sudah menangis, merintih, diperkosa oleh pemiliknya sendiri, mengutuk dalam diam, namun apa daya, HI hanyalah gedung tak bertuan, terjual bebas dipasaran seperti pelacur yang kehilangan harga dirinya.

Salam Nasionalisme...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun