Menayangkan serial asing terus menerus ANTV kemudian dianggap sebagai TV yang tidak nasionalis. Memang sedikit mengherankan, sebuah TV yang usianya cukup dewasa, justru menayangkan serial asing. Namun, sebaiknya kita melihat alasan dibalik stasiun TV menayangkan serial - serial asing tersebut.
Di Indonesia, pada era 90an, TV swasta dipenuhi dengan serial dari neggri latin. Sebut saja Esperanza, Amigos, dan lain sebagainya, kemudian pada tahun 2000an, TV kita kembali digempur dengan serial dari korea, bahkan pada saat itu, pihak rumah produksi pun ikut - ikutan menjiplak drama - drama korea tersebut.
Belakangan stasiun TV mulai beralih ke serial India, meskipun ANTV tampak yang paling bersemangat, mengingat jam tayang serial India yang begitu panjang, dari prime time hingga jam setengah dua belas malam, namun masih ada MNC TV yang juga menayangkan serial India, di waktu prime time.
Tapi, mari kita lihat dari segi kualitas, maka serial asing tersebut, jauh lebih baik dari sinetron kita kini. Mulai dari kejelasan cerita, hingga tokoh - tokohnya, nyaris tidak ada yang cacat sedikitpun. Mari bandingkan dengan sinetron Indonesia yang sampai ribuan episode, namun ceritanya semakin tidak jelas. Atau ada sinetron yang sesungguhnya ceritanya sama dengan sinetron sebelumnya, hanya dibungkus dengan "part II" atau penambahan judul dalam kemasannya.
Menurut saya, serial India seperti ;
1. Hatim (ANTV)
2. Mahabrata (ANTV)
3. Mahadewa (ANTV)
4. Nagin (MNCTV)
jauh lebih berkualitas bila dibandingkan dengan
1. Tukang Bubur Naik Haji (RCTI)
2. Ganteng - Ganteng Srigala (SCTV)
3. Diam - Diam Suka (SCTV)
4. Catatan Hati Seorang Istri (RCTI)
Perbedaan antara serial asing dengan sinetron Indonesia adalah menghadirkan konflik. Saya yakin, tidak sedikit yang akan sepakat dengan saya dengan mengatakan bahwa sinetron Indonesia menjemukan, tidak menemui titik temu, bahkan bisa dibilang si penulis kehabisan kata - kata dalam bertutur.
Jelas berbeda dengan kisah - kisah dari serial asing, yang selalu menghadirkan konflik yang sama dengan kemasan yang berbeda.
Dalam Sinetron Indonesia kita nyaris tidak akan menemukan antiklimaks cerita, bahkan hingga akhir cerita (walaupun jarang sekali ada sinetron yang berakhir mulus). Sedang dalam serial asing, dalam hal ini India, mengemas antiklimaks bait, demi bait, hingga mampu menggodok rasa penasaran kita lebih jauh.
Disamping itu, biaya pembuatan sinetron di Indonesia cukuplah besar. Pembuatan satu episode, bisa menghabiskan ratusan juta rupiah, tentu saja yang berhak menayangkan adalah TV yang memiliki uang. Belum lagi, ANTV dan MNC TV yang memang dikategorikan sebagai TV kelas dua dan kelas tiga. Bagi beberapa rumah produksi, adalah hal yang mengkhawatirkan bila produk anda ditayangkan di TV yang bukan TV kelas satu (dalam hal ini hanya SCTV dan RCTI).
Artinya, dengan menayangkan serial asing, bukan berarti stasiun TV tersebut tidak nasionalis, sebaiknya perhatikan dulu, apakah ada rumah produksi yang mau sinetronnya tayang di TV tersebut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H