"ada surat pak" kata inem kepada tuannya yang sedang asyik sarapan bersama istri dan anaknya.
"Dari siapa bik?" kata anton, nyaris tidak memperdulikan pembantunya itu, sedang ardi asyik memain - mainkan sendok dipiringnya yang sesekali ditegur oleh susi sang ibu.
Susi mengambil amplop yang dipegang inem, sebelum wanita asal tegal itu berhasil membaca huruf - per huruf yang ada di blangko amplop.
"Gubernur DKI pa... papa ada proyek sama pak gubernur?" kata susi sumringah. Mungkin saja suami sedang menjalankan proyek baru untuk provinsi DKI Jakarta, maka sang suami akan ketiban untung besar.
Belum sempat anton menjawab, bunyi telepon genggamnya memotong rasa bahagia susi. Susi pun memperhatikan suaminya itu harap - harap cemas.
Selesai berbicara ditelepon, anton menatap susi nanar, ia bergumam kecil, sebelum akhirnya berkata.
"Ayah kritis..." kata anton datar "apa isi amplop itu?" sepertinya perhatiannya sudah lebih dulu tersedot oleh amplop putih dari balai kota itu.
Susi mengeluarkan secarik kertas yang isinya pun sangat singkat. Dengan tulisan tangan gubernur sendiri, susi merasa anton sudah menjadi orang istimewa bagi gubernur.
saya tunggu di kantor saya jam 10 pagi ini
Hanya kata itu yang ada di kertas itu, ditambah dengan tanda tangan dan stempel sang gubernur.
"Papa akan menemui pak gubernur hari ini"