Mohon tunggu...
Damri Hasibuan
Damri Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Yang haus akan ilmu itu adalah para penuntut ilmu itu sendiri

Tulislah, maka kamu akan mengabadi!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Anak yang Menginspirasi Ayah

16 Januari 2022   00:01 Diperbarui: 16 Januari 2022   00:15 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sekarang, aku masuk program tahfizh di sebuah sekolah yang tak seberapa jauh dari rumahku. Sembari saya belajar di kelas formal, juga disini saya mengahafal Al Qur'an di luar jam formal. Tepat setelah subuh hingga pukul delapan.

Orangtuaku sangat  terpikat dengan sekolah ini. Selain karena Managing Direktur nya teman dekat orangtuaku, sekolahnya, bisa dibilang kompetitif dengan sekolah-sekolah besar di sekitaran wilayah rumah saya. Bahkan surplus, sebab di sekolah maju lain tak didapati program khusus tahfizh 30 juz.

Saya diajarin banyak hal terkait keagamaan oleh guru-guru saya yang hebat di sekolah formal. Sementara di program tahfizh tak kalah menarik. Saya tahu lebih banyak hal yang berbeda dengan kelas formal. Selain sudah hafal beberapa juz,  saya juga sudah pintar baca Al Quran karena diajarin tahsin hampir tiap hari.

Berkat pelajaran yang saya dapatkan dari sekolah dan tahfizh, akhirnya saya sering kasih masukan buat ayah terkait keagamaan dan baca Al Qur'an. Maklumlah, ayah saya background pendidikannya fokus di bagian umum. Sangat minim pemahaman keagamaannya. Begitu juga baca Al Qur'annya, masih kacau bangat. Sampai-sampai aya sering risih mendengar ayah saat tidak tepat dengan kaidah baca Al Qur'annya.

Saya sih memakluminya. Karena kata mama, orang dulu, belajar tajwid memang tidak semaju  sekarang. Apalagi belajarnya di perkampungan. Karena pada dasarnya orangtuaku berasal dari kampung. Hingga, belum tahu persisnya mulai kapan keluargaku tinggal di rumahku yang sekarang. Yang jelas, sejak aku sudah bisa mengingat,  ayahku sudah menjadi seorang direktur perusahaan besar dan ternama. Bukan sombong ya. Tapi, sekedar cerita aja.

Walaupun tadi ayah saya lemah agamanya, tapi saya akui beliau rajin salat. Bukan sebatas yang wajib saja. Tapi, salat sunnahnya juga jarang luput. Begitu juga tahajjudnya. Bahkan, sesekali memang saya sengaja lihat ayah meninggalkan meeting dengan koleganya hanya untuk mementingkang perintah Tuhan. Walaupun sesekali tak berjama'ah.

Seiring berjalannya waktu kebiasaan ayah dulu dengan yang sekarang berbeda. Bedanya dengan sekarang, ke masjidnya jauh lebih rajin. Tak kenal situasi dan kondisi. Hujan pun dikepung kalau sudah berhadapan dengan urusan salat. Mungkin, hal ini yang menjadi rahasianya ayah hingga bisa dibilang sukses menapaki karirnya. Yaitu, ta'at dan ontimenya sama perintah Tuhan, melebihi urusan yang lainnya.

Dalam masalah keagamaan, banyak hal yang saya diskusikan dengan ayah. Sehingga dengan itu, pemahaman keislaman nya yang minim, dapat menambah wawasannya.  Bahkan, ayahpun semakin rajin membeli dan membaca buku keislaman. Biasa, sukanya yang berhubungan tentang wawasan umum saja. Semenjak suka berdiskusi dengan saya, tidak mau kalah hebat dengan saya yang masih polos ini. Sehingga, lemari kami kini, banyak dihiasi dengan buku-buku. Karena memang pada dasarnya, ayah suka membaca, alias kutu buku.

Selain itu, untuk menambah wawasannya, tidak cukup sampai disitu. Dulu masih suka malu. Tapi sekarang, ayah semakin rajin mendengar kajian dari YouTube. Salah satu ustadz pavoritnya adalah UAH. Saya tahu secara diam-diam  ketika melihat beliau lagi nyimak kajiannya. 

Namun ada satu hal yang belum bisa ayah tandingi dari saya. Yaitu, baca Al Qur'an nya. Hingga sekarang bacaan beliau masih belepotan. Saya sudah berusaha menjelaskan nya dengan lugas, tapi memang susah dibenahin. Karena sudah kadung salah dari kecil. Tapi memang terkait hal ini, beliau masih sungkan untuk belajar sama ahlinya. Disamping memang terlalu sibuk dengan urusan perusahaan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun