Dear Temans,
Saya tidak ingin berkata2 kepada anda yg sudah memiliki sebuah keyakinan atau ketetapan prinsip. Silahkan di delete. Saya hanya ingin berkata2 kepada mereka yg senantiasa mencari kebenaran.
Darimana kita meyakini keimanan kita hari ini ?
Yakin begitu saja, atau lewat proses berfikir ?
Telan begitu saja apa yg orangtua ajarkan, atau ditelaah dan dianalisa ?
Kalau ditelan begitu saja, dan datangnya keimanan anda bukan dari proses berfikir, melainkan tiba2 saja anda yakin, sok, mangga dilewat. Daripada wacana ini akan menjadi musibah, seperti badai taufan. Saya tidak mengharapkan itu terjadi. Mangga, jangan baca.
Temans,
Setelah lebih dari seribu tahun, terangnya cahaya secara alamiah berangsur surut. Seperti halnya siang dan malam, akan tiba waktunya menjadi malam. Ketika malam, hanya ada gelap, tak dapat melihat, seperti orang yg buta.
Kenapa seperti buta ? Karena tak dapat melihat benda2, karena tak ada cahaya itu.
Hanya sedikit yg bisa melihat. Yakni orang2 yg membuka mata kesadarannya, bahwa hari ini adalah malam, sudah gelap. Orang itupun tak dapat melihat begitu saja, karena ia mesti mendapat cahaya.
Bagaimana mungkin seorang bisa mendapat cahaya dimalam hari yg gelap ?
Tentu tidak begitu saja, melainkan dengan bantuan 'benda2 langit'. Cahaya bintang dan bulan.
Dijadikannya benda2 langit agar mereka bisa melihat jalan, menjadi 'petunjuk dan arah' ke 'jalan yg lurus', jalan orang2 yg diberkahi dan mendapat nikmat.
Namun bagi mereka yg menganggapnya terang, hari ini siang; mereka tidak mendapat petunjuk sedikitpun. Mereka bersuka cita dengan gembira atas hari yg dikiranya gemerlap. Dianggapnya kilatan petir dimalam gulita adalah terang yg dapat menerangi jalan.