Mohon tunggu...
Damianus Terrysaono SPH
Damianus Terrysaono SPH Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa di SMA Trinitas Bandung - Mengikuti Ekstrakulikuler Jurnalistik - Aktif Dalam Kegiatan Pramuka

Seorang siswa yang bersekolah di SMA Trinitas Bandung, menciptakan jejak positif melalui partisipasinya dalam ekstrakurikuler jurnalistik dan kegiatan Pramuka. Sebagai anggota ekstrakurikuler jurnalistik, saya menggali bakatnya dalam dunia penulisan, wawancara, dan penyuntingan, menciptakan narasi yang memukau dan memperkaya informasi bagi sesama siswa. Keaktifannya dalam kegiatan Pramuka merupakan komitmen saya untuk meningkatkan semangat kepemimpinan, kerjasama, ketangguhan, menggembangkan karakter dan keterampilan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghidupkan Kembali Jiwa Solidaritas Antar Siswa Melalui HUT SMA Trinitas Bandung

26 April 2024   17:30 Diperbarui: 26 April 2024   17:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan HUT SMA Trinitas Bandung

Pada era digital yang semakin canggih, kita dengan sangat mudah dapat menghubungi orang dimanapun dan kapanpun. Berkembangnya sosial media, internet, dan teknologi mempermudah kita untuk menjalani hidup. Kalau begitu, seharusnya generasi z yang menikmati kemajuan teknologi ini sejak mereka masih muda menjadi generasi perintis yang dapat membangun era kejayaan baru untuk umat manusia. Tetapi sekarang generasi z mendapat julukan sebagai "generasi paling tersendiri", kenapa hal tersebut bisa terjadi?

Tentu saja banyak ahli yang berpendapat mengenai hal ini, ada yang berpendapat bahwa media sosial merupakan alasan utamanya. Penelitian menunjukkan bahwa pengguna media sosial yang berlebihan dapat membuat seseorang merasa sendirian, terisolasi, tersisih, dan tanpa teman. Pada saat kita membuka sosial media kita seringkali membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Tetapi menurut Roger Patulny, seorang profesor sosiologi di Universitas Wollongong di Australia, terdapat juga bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dapat mengurangi rasa kesepian. Ia berpendapat bahwa media sosial merupakan media yang efektif dalam mengatasi kesepian ketika digunakan untuk meningkatkan hubungan yang ada atau menjalin hubungan baru. Jadi, bukan media sosial itu sendiri yang menyebabkan orang merasa kesepian, tetapi cara kita mengintegrasikannya ke dalam kehidupan kitalah yang menentukannya.

Selain sosial media, ada juga yang berpendapat bahwa generasi sekarang dimanjakan oleh teknologi. Dulu bila kita memerlukan bantuan mengenai suatu hal kita biasanya bertanya kepada orang-orang yang mungkin dapat membantu kita dan bila kita merasa bosan kita akan mengisi waktu kita dengan beraktivitas diluar. Tetapi sekarang, cukup dengan koneksi internet dan ponsel pintar kita dapat mencari apapun yang kita perlukan dan mengisi waktu luang kita dengan mudah. Tentu saja bukan generasi z saja yang memanfaatkan internet untuk mencari informasi dan mengisi waktu luang. Kebanyakan dari kita sekarang lebih memilih untuk menggunakan ponsel pintar kita sebelum kita "merepotkan" orang lain dengan bertanya.

Menurut saya, sumber dari masalah ini bukan sosial media maupun teknologi saja, tetapi ada banyak faktor yang berkontribusi dalam timbulnya masalah ini, salah satunya adalah jiwa solidaritas generasi muda yang semakin memudar. Oleh karena itu, pihak yang paling berperan penting dalam mengatasi masalah ini adalah orang tua, sesama teman, dan sekolah seperti SMA Trinitas Bandung.

Pada Selasa (01/08/2023) dalam perayaan peringatan hari jadi SMA Trinitas ke-60 dan SMP Waringin ke-69, kita diingatkan kembali mengenai tujuan dari pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah "memerdekakan" manusia. Di tengah era industri 5.0 yang baru, lembaga pendidikan, formal maupun informal dihadapkan oleh masalah-masalah baru yang menghalangi usaha mereka dalam "memerdekakan" seseorang. Hal ini diilustrasikan oleh Prof. Tri Basuki Joewono, Ph.D. yang merupakan alumni SMA Trinitas Bandung yang sekarang sekarang menjabat sebagai Rektor Universitas Katolik Parahyangan. Beliau mengilustrasikan tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh generasi muda dimana artificial intelligence akan terus berkembang yang menuntut generasi muda untuk memiliki keahlian-keahlian yang tidak dapat digantikan AI maupun robot. Selain hal-hal tersebut, beliau juga menekankan bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu dengan mengandalkan diri kita sendiri, tetapi kita memerlukan orang lain.

Coba bayangkan, bila pada sebuah daerah pesisir pantai hanya berdiri satu pohon bakau. Pada awalnya pohon tersebut akan terlihat kokoh dan mata orang-orang akan tertuju padanya. Walaupun begitu, ombak yang datang dari laut tidak akan pernah berhenti. Ombak tersebut secara terus-menerus akan mengikis daerah pesisir tersebut hingga pohon itu dikelilingi air dan kemudian mati. Tetapi, bila pohon bakau itu berdiri bersama pohon bakau lain, mereka akan membentuk sebuah benteng yang dapat memecah ombak sekuat apapun dan mempertahankan garis pantai sepanjang apapun.

Seperti layaknya pohon bakau, kita memerlukan orang-orang di sisi kita. Orang-orang tersebut ialah keluarga, rekan kerja kita, tetangga kita, teman dekat kita, hingga teman satu angkatan sekolah kita. Keberadaannya mereka sangatlah penting untuk kita, dan keberadaan kita sangatlah penting untuk mereka. Masa SMA merupakan kesempatan kita untuk membangun dan mempertahankan jiwa solider kita, dimana kita dapat saling "memerdekakan" sesama dengan saling tolong-menolong dan membangun relasi yang bermakna. Dengan generasi yang solider, kita bersama-sama dapat menghadapi segala tantangan-tantangan sulit yang ada di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun