Mohon tunggu...
Damianus Kusviantono
Damianus Kusviantono Mohon Tunggu... Guru - Guru, SMP Santo Carolus, Tarakanita, Surabaya

Guru SMP , pembimbing riset dan pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hasil PISA 2022 dan Budaya Literasi, Entrepreneurship Menyiapkan Anak-anak Indonesia Emas 2045

29 Desember 2023   08:15 Diperbarui: 29 Desember 2023   09:42 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kedua, Mengembangkan budaya entrepreneur di sekolah-sekolah. Thomas W. Zimmerer (2008) menjelaskan bahwa entrepreneurship (kewirausahaan)  adalah penerapan kreativitas dan keinovasian guna memecahkan masalah hidup sehari-hari dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Oleh karenanya, peran Guru di era kekinian juga dituntut memiliki peran lebih yaitu denga menjadi inspirator, penggerak dan mampu membangun mindset entrepreneur kepada siswa -siswinya sehingga mereka menjadi generasi yang mampu memberi solusi terhadap permasalahan dirinya sendiri dan juga  masalah -masalah di sekitarnya.  Guna membentuk karakter siswa -siswi yang unggul yang tidak hanya akademiknya saja maka juga perlu di garap dan ditumbuhkembangkan juga dalam diri mereka adalah nilai-nilai : kegotongroyongan, berpikir kritis, displin, mandiri , kreativitas, inovatif,  peduli , ulet dan daya juang.   Sekolah yang mengembangkan budaya entrenpreneur adalah sekolah yang berkualitas dan unggul karena sekolah tersebut mampu menyiapkan siswa dan siswinya memiliki sikap kepemimpinan dan menjadi pelopor entrepreneur di kalangan siswa-siswi. 

Dengan membudayakan riset dalam proses pembelajarannya maka anak-anak sudah terbiasa berpikir logis, ilmiah, runtut, kreatif dan inovatif , oleh karenanya dengan iklim entrepreneur yang tumbuh subur di sekolah dan melalui pendidikan yang antisipatif maka akan melahirkan generasi yang mampu menjawab kebutuhan jaman dan memiliki daya saing di tengah-tengah masyarakat global.

Senada dengan pengalaman penulis dalam mendorong siswa-siswa memiliki jiwa entrepreneur melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5, dalam kurikulum Merdeka) P5 yang diterapkan di sekolah-sekolah itu memiliki payung hukum, berdasarkan Kemendikbudristek No 56/M.2022  merupakan kegiatan kokurikuler yang dirancang untuk penguatan kompetensi, karakter sesuai dengan P5 yang disusun berdarkan Standart Kompetensi lulusan.  

Melalui proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, para siswa mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi dirinya dalam mengerjakan proyek kewirausahaan . Mereka mengawali belajar dari konsep kewirausahaan, merencanakan usaha, menghitung modal, mendesain poster untuk marketingnya dan sampai pada membagi tugas dan peran masing-masing anggota kelompok, selain itu mereka juga belajar berkolaborasi dan berinteraksi baik dalam kelompoknya maupun lintas kelompok. Melalui kegiatan kewirausahaan tersebut mereka juga berliterasi keuangan, bagaimana merencanakan modal usaha, menghitung laba dan juga sampai pada bagaimana mereka memasarkan produk yang dijual agar mendapatkan keuntungan serta membuat laporan akhir dari proyek yang telah dilaksanakan. Sungguh hal ini merupakan pengalaman yang sangat berharga, tidak hanya konsep atau teori saja mereka mengalami sendiri. 

Dari Pengalaman penulis dalam pendampingan terhadap proyek kewirausahaan, mereka  tidak selalu mendapatkan keuntungan dari usahanya, tetapi juga didapatkan kelompok yang merugi dikarenakan perencanaan yang kurang matang, pembagian tugas dan peran masing-masing yang tidak berjalan semestinya. Maka diakhir proyek kewirausahaan , guru mengajak mengevaluasi dan refleksi agar semua yang dilakukan itu memiliki kebermaknaan bagi hidup mereka. Pendampingan dalam proyek kewirausahaan P5 ini membutuhkan waktu yang panjang, karena betul-betul guru mendampingi dari nol untuk bisa benar-benar anak menjalankan proyek kewirausaan, mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi, refleksi dan pelaporannya. Mereka bekerjasama, berdiskusi, menyampaikan gagasan-gagasannya , bertukar pikiran untuk mewujudkan rencana usahanya. 

Dari pengalaman ini pula ke depannya anak-anak diharapkan memiliki keterampilan dan kecakapan entrepreneur . Dari pengalaman berproses inilah guru melihat karakter siswa dan siswi yang muncul dalam diri mereka seperti nilai-nilai : berpikir kritis, kreativitas, daya juang, kerjasama, gotong royong dan sikap peduli terhadap sesamanya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Diharapkan pula melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila ini mereka memiliki kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan  dan tidak bermental menjadi pegawai di tahun Indonesia emas, 2045. Ketiga, dukungan pembiasaan literasi, numerasi, Sains dan digital dalam pembelajaran . 

Persoalan literasi dan numerasi anak-anak Indonesia yang masih rendah merupakan pekerjaan rumah yang masih terus diupayakan secara serius dan pentingnya kompetensi yang dimiliki anak-anak Indonesia yang merata. Hal ini perlu kerja ketas bagi Guru untuk melakukan akselerasi  jika mau naik kelas Tingkat literasi dan numerasi anak-anak Indonesia. Pentingnya adanya iklim School culture  guna mendukung tercapainya kualitas pembelajaran yang unggul bagi seluruh anak-anak Indonesia. menjadi fondasi dalam pembelajaran di sekolah ditambah lagi pentingnya juga melek digital dan memanfaatkannya dalam hidup sehari-hari secara bertanggungjawab.

Dari uraian di atas, peran guru diingatkan kembali basic value dari Ki Hajar Dewantoro, dengan Taman Siswanya, maka untuk mewujudkan sekolah yang unggul dan berkualitas selalu diawali dari Gurunya. Ki Hajar Dewantara menuturkan dalam semboyannya, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya mbangun Karsa, Tut wuri handayani maksudnya seorang Guru di era kekinian juga harus mampu berdiri di depan sebagai Guru peneliti , sedangkan di tengah seorang Guru juga mampu menjadi pendamping dalam penelitian /riset dan dibelakang seorang Guru juga terus memberikan motivasi kepada siswa-siswinya agar terus mengasah dirinya untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, logis dan ilmiah guna memecahkan masalah dalam hidup sehari-hari. 

Adanya kesadaran bahwa driver perubahan itu adalah Guru maka Guru pulalah sebagai aktor utama yang harus  mendrive perubahan pada zona literasi Membaca, Literasi Matematika, Literasi Sains dan Literasi Digital yang kesemuanya itu saling terhubung dan saling mempengaruhi dalam menentukan manusia Indonesia untuk bisa menghadapi tantangan jaman di tahun Indonesia emas, 2045.     

Semoga  hasil assassmen PISA  2025 mengalami peningkatan  baik dari aspek peringkat maupun  skor , baik Literasi Membaca, Literasi matematika, Literasi Sains maupun  Literasi Digitalnya mengalami peningkatan . Adanya kesadaran bahwa Guru tidak lagi hanya memberikan konsep atau teori saja merupakah hal penting dan upaya guru untuk terus membudayakan anak-anak Indonesia untuk memiliki kompetensi pada Literasi Membaca, Literasi Matematika, Literasi Sains serta Literasi Digital patut diacungi jempol. Dengan demikian anak-anak Indonesia terbiasa  untuk  berpikir kritis, logis, kreatif dan inovasi  yang solutif baik  terhadap masalahnya pribadi atau pun  masalah di lingkungan sekitarnya sehingga manusia -manusia Indonesia ke depannya  memiliki keunggulan dan berkualitas, memiliki  nilai jual, daya saing dalam masyarakat global  dan memberikan dampak bagi kesejateraan seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun