Mohon tunggu...
Damianus Adhyaraka
Damianus Adhyaraka Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

I love learning new random knowledge

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Indonesia Belum Siap Mendapatkan WEB 4.0

8 November 2024   18:01 Diperbarui: 8 November 2024   20:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Web 4.0 merupakan konsep untuk masa depan internet diamana akan adanya integrasi yang lebih tinggi antara user dengan interface internet itu tersendiri. Konsep Web 4.0 pertama muncul pada tahun 2020an dengan munculnya banyak teknologi AI, Brain to Computer Interface(BCI) dan introduksi teknologi dan kemampuan yang baru pada  teknologi internet biasa dengan introduksinya dengan adanya teknologi 5G. Konsep ini menandakan evolusi yang besar dalam dunia web. Tapi untuk artikel ini kita akan lebih fokus ke teknologi AI.

Teknologi yang muncul beberapa tahun ini dan yang sedang sangat populer dibicarakan oleh semua orang adalah AI atau Artificial Intellegence. Artificial Intelligence merupakan bidang dalam ilmu komputer yang berfokus pada penciptaan mesin-mesin pintar yang mampu berpikir dan bekerja secara mandiri. Dalam Web 4.0, AI digunakan untuk memberikan pengalaman yang lebih dipersonalisasi dan adaptif kepada pengguna. AI juga dapat digunakan untuk menganalisis preferensi pengguna, mempelajari pola perilaku, dan menyediakan rekomendasi yang relevan.

Salah satu perkembangan signifikan dalam dunia AI adalah teknologi deepfake yang memungkinkan pembuatan video, suara, dan gambar yang sangat mirip dengan sumber asli, sehinggan dapat menipu seseorang. Deepfake memanfaatkan teknologi deep learning model generative adversarial networks (GANs), untuk membuat representasi digital yang realistis.

Dalam video deepfake, AI dapat menempelkan wajah seseorang di muka dan tubuh orang lain dan bahkan mengubah wajah tersebut sesuai dengan ekspresi yang diinginkan, sehingga dapat terlihat seolah-olah individu tersebut memang sedang melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan atau membicarakan sesuatu yang tidak pernah ia bicarakan. Selain itu, teknologi deepfake suara memungkinkan pemalsuan suara seseorang dengan meniru intonasi, dan ritme bicara mereka, yang dapat digunakan untuk memalsukan pesan audio, pidato, atau percakapan. Jika digabung teknologi ini dapat menipu banyak orang dengan menggunakan teknologi deepfake ini untuk menempel wajah seseorang ke orang lain dan membuatnya terlihat seperti orang tersebut melakukan hal yang sebernarnya tidak pernah ia lakukan 

Selain itu AI juga digunakan dalam regenerasi gambar, video, dan teks realistis. Dalam pembuatan gambar dan video, AI dapat menghasilkan gambar yang terlihat asli atau seasli mungkin tanpa perlu sumber asli, sehingga memungkinkan terciptanya dunia atau objek yang sepenuhnya fiksional namun terlihat nyata seperti sebuah gambar atau video orang dan cerita yang ditulis seseorang.

Teknologi ini memilikin sisi positif dan negatif dalam kehidupan sehari - hari. Sisi positifnya adalah teknologi AI ini dapat menggantikan manusia dan memudahkan manusia dalam melakukan sebuah kegiatan seperti  berpidato dan menulis pidato yang dapat dibantu oleh atau sepenuhnya dibuat oleh AI. Selain itu kita juga dapat menrealisasikan sebuah konsep tanpa perlu membayar seseorang untuk melakukannya dengan menggunakan fitur generasi gambar oleh AI. Untuk sisi negatifnya teknologi ini dapat digunakan untuk melakukan hal - hal yang tidak bernar seperti menyebarkan hoax dan penipuan dan dengan meningkatnya kemampuan AI, orang akan kesusahan membedakan AI dengan manusia yang sebenarnya. 

Indonesia sendiri merupakan negara dengan tingkat literasi yang masih rendah. Masalah lietrasi ini mengamplifikasikan efek - efek negatif dari AI ini. Bahkan tanpa adanya AI saja pada sebelum tahun 2020 warga Indonesia terkenel dapat percaya berita dengan mudah dan menjadi korban hoax berkali - kali. Bebeberapa tahun yang lalu saja terjadi demo besar - besaran yang disebabkan oleh video kontroversial yang ternyata hasil editan amatiran seseorang yang mencoba memulai kontroversi di dunia politik Indonesia. Bahkan dengan video amatiran seperti ini saja orang Indonesia dapat dengan mudah  dikompori oleh sebuah grup yang memiliki motif yang mencurigakan atau negatif apa jadinya ketika teknologi  AI lebih maju dan lebih tersedia dan mudah digunakan oleh seseorang yang amatiran dan tidak mahir dengan komputer, bukan lagi sekelompok orang tapi seseorang tanpa kemampuan mengedit, komputer, dan internet dapat menyebarkan hoax - hoax yang akhirnya akan disebarluaskan lagi oleh orang - orang yang tidak memiliki kemampuan literasi dan akal sehat dalam menggunakan internet.

Memberikan teknologi AI kepada orang Indonesia yang mayoritas tidak memiliki kemampuan literasi dalam internet dan mudah dibodohi serta banyaknya orang dan organisasi dengan tujuan gelap yang ingin mengekploitasi itu , terutama dengan dunia yang sangat terpolarisasi ini seperti memberikan pistol kepada bayi dan terkejut karena mereka menembak kakinya sendiri. Jika kita memberikan teknologi ini kepada orang Indonesia yang belum siap untuk menerimanya maka Indonesia akan pecah karena orang - orang berkonflik dikompori oleh hoax - hoax yang dibuat AI.

Jadi secara singkat sebenarnya ini Indonesia belum siap untuk memasuki era Web 4.0, terutama dengan adanya  pemanfaatan dan ketergantungan yang sangat tinggi dengan teknologi AI canggih. Rendahnya tingkat literasi internet di Indonesia, serta kecenderungan masyarakat untuk mudah dibodohi dan mempercayai informasi yang belum diverifikasi, merupakan beberapa  faktor yang memperbesar risiko penyalahgunaan AI. Teknologi seperti deepfake yang memanfaatkan AI untuk menciptakan konten digital yang sangat realistis dan susah dibedakan dari nyata berpotensi besar digunakan untuk menyebarkan hoax dan informasi palsu di masyarakat yang kurang siap untuk dapat melakukan pemilahan informasi di internet.

Situasi ini dapat diperparah oleh kehadiran individu atau kelompok dengan motif tertentu yang mungkin memanfaatkan teknologi tersebut untuk menghasut dan memecah belah masyarakat Indonesia. Jika tidak ada peningkatan literasi digital dan pemahaman akan dampak serta bahaya dari teknologi AI pemberian akses luas terhadap teknologi ini bisa membawa konsekuensi negatif yang jauh lebih besar daripada manfaatnya. Maka penting bagi Indonesia untuk berfokus pada peningkatan literasi digital dan membangun fondasi penalaran dan pemilahan informasi yang lebih kuat sebelum masyarakat siap memanfaatkan Web 4.0 dan terutama teknologi AI secara bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun