Mohon tunggu...
Darvis Tarung
Darvis Tarung Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Pencinta Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sallent

16 Oktober 2024   20:51 Diperbarui: 16 Oktober 2024   20:52 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa kecil di Spanyol, di mana angin berbisik lembut di antara dedaunan, lahirlah seorang anak bernama Antonius Maria Claret. Dari detik pertama cahaya mengelilinginya, ia seolah telah ditakdirkan untuk mencintai yang tak terlihat---sebuah perjalanan spiritual yang menunggu untuk dipahatkan dalam sejarah.

Masa kecilnya dipenuhi dengan doa dan ketenangan, tetapi seiring bertambahnya usia, panggilan itu semakin membara. Ia, si Pater Claret, bukan sekadar ingin mengajarkan iman, tetapi juga menjadi suara bagi yang terpinggirkan, jembatan bagi jiwa-jiwa yang mendambakan kebenaran. Dalam goresan pena, ia menemukan kekuatan---kata-kata yang bisa mengubah hati dan pikiran.

"Saya menyadari," tulis Claret, "bahwa kata-kata memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah hati dan pikiran. Malam-malamnya dipenuhi dengan kegigihan; di atas meja tulisnya, pena menari menuliskan pesan Ilahi. Dengan dedikasi yang tak terbendung, ia menciptakan surat kabar dan brosur, mengalirkan tulisan-tulisan yang menembus dinding-dinding kesunyian.

Namun, perjalanan itu tak selalu berkilau. Dalam kegelapan, ia menghadapi fitnah yang berusaha meruntuhkan semangatnya. "Seperti Yesus di kayu salib," ungkapnya, "saya akan mencintai meski dilukai." Dan di setiap tetes air mata yang tumpah, ia menggenggam harapan akan perubahan.

Dengan pena sebagai pedangnya, ia berjuang melawan kebisingan dunia. Tulisan-tulisannya adalah jembatan yang menghubungkan antara yang Ilahi dan yang duniawi. "Buku-buku ini adalah makanan bagi jiwa," katanya. Ia percaya, bahwa dalam setiap kata yang tertulis, ada jiwa yang merindukan makna.

Di tengah ketidakpastian zaman, warisan Pater Claret tetap hidup. Setiap generasi menemukan dalam tulisannya semangat untuk berbagi kasih, semangat untuk berdiri di samping mereka yang terpinggirkan. Ia mengajarkan bahwa setiap tindakan kecil, setiap kata yang diucapkan dengan tulus, dapat menjadi bagian dari kerasulan yang lebih besar.

Kini, saat bintang-bintang berkelip di langit malam, kita mengingatnya sebagai sosok yang menyalakan lilin dalam kegelapan. Ia mengajarkan bahwa kita semua memiliki peran dalam menyebarkan kasih dan kebenaran, bahwa setiap dari kita bisa menjadi suara bagi yang tak terdengar.

"Dan saya akan terus berkarya," tekadnya, "hingga pesan Injil menjangkau setiap sudut dunia." Dalam perjalanan yang tak pernah berakhir ini, Pater Claret menginspirasi banyak orang untuk menemukan iman, untuk menjadi cahaya, dan untuk merangkul makna hidup yang sejati---sebuah perjalanan yang melintasi waktu dan ruang, dari sebuah desa kecil hingga ke jantung jiwa manusia. 

Darvis Tarung,

Seminari Hati Maria, Claretian-Kupang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun