Mohon tunggu...
Damayanti umi
Damayanti umi Mohon Tunggu... -

Baru merasakan senangnya menulis, ingin menulis apa yang ada disekitar dengan hayalan dan kenyataan ,untuk mewujudkan suatu mimpi yang tak pernah terwujud.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kalau Inang jadi Maya

15 Maret 2010   02:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:25 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pun tak tega kalau sering main kerumahnya takut mengganggu kesibukannya.

Pernah aku melamar kerja kepada adikku: Dik mbok ya kakakmu dikasih kerjaan ? Oh Mba  mau kerja apa Mba?  itu dik aku mau jadi kepala sekolah dan direktur  TK mu itu dik boleh gk? Wualaaaaaaaaaaaah mba kalo melamar yg sopan napa mba, wong aku juga betah jadi kepala sekolah dan direktur kecil-kecilan sambil memenyongkan bibirnya kekanan kekiri, aku rada takut juga melihatnya .

Ya sudah deh aku jadi pegawai yg melap- lap keringat bu guru  boleh gak? enggak ah mba gimana toh aku  sedang ngajarin nyanyi potong bebek angsa  dengan semangat dengan muridku, eh mba Yanti sibuk melap keringatku jadi gimana nyanyi nya mba? Oh gitu toh? kakakmu ini gk layak ya jd pegawai mu dik?

Cari kerjaan yg lain aja mba mbok ya jangan ganggu periuk nasi adikmu. Ya okkelah kalo beggitu jawabku ikuti dialek jawa inyong.  Ojo kaya kuwe ya kayak kiyek?. Dik besokkan tanggal merah mau ikutan gk jalan- jalan ke Bogor? Nah gitu mba kalo jalan jalan setujulah. Kerumahku  ya jam 10 pg.

Besoknya pergilah kami ke Bogor bersamanya, dengan mobil panther plus dengan 400 lagu jadul yg disimpan dalam flesh disk yg siap menemani perjalanan kami .

Kulihat Bu Rima senang diajak refreshing apalagi dengar lagu jadul Favoritnya pasti dikomentarin . Nah giliran lagu Ahmad Dhani kan asik tuh lagunya " Kangen" kamipun nyanyi berdua dengannya, terus dia cerita ingat lagu ini jd ingat wali murid ku mba, dia orang Batak asli dgn dialek kentalnya bercerita, bahwa suaminya sopir taxi  jarang pulang, kalo pulang juga hanya bawa cucian kotor dan dompet kosong , plus bonus pukulan , nasibku lah ini bu guru, sambil gaya bataknya  Nasibku ini sama dengan si Maya, sama sama kecewa cuma beda pendapatan, Kalo si Maya itukan cantik kalau aku Maya yang jelek ini bu guru , zaaaaadi beginilah kalo berperan sebagai Maya palsu bu guru. Ya iyalah Maya palsu kalo Maya beneran mana mau mampir ke rumah UMMi? Tak  sempatlah itu Inang, kata adikku.Ya sudahlah uruslah si Ucok jadi  anak pintar, kali aja si ucok nanti jadi lawan politiknya si  Poltak Raja Minyak itu kawan , kata adikku menimpali dialek bataknya. Kik kik kik orang jawa timur bisa juga jadi Inang- inang.Siiiiiiiiplah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun