Mohon tunggu...
Damayanti umi
Damayanti umi Mohon Tunggu... -

Baru merasakan senangnya menulis, ingin menulis apa yang ada disekitar dengan hayalan dan kenyataan ,untuk mewujudkan suatu mimpi yang tak pernah terwujud.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mama.....oh...Mama...

13 Oktober 2010   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ma ma, itulah kata awal yg dapat ku ucapkan saat ku menapaki dunia, pada saat ku rapuh ku ucapakan ma ma, datanglah Mama menemani kegalauan ku, entahlah berapa kata ma ma  yg ku ucap tuk menenangkan jiwa ini, Mamapun  datang dengan tulus seolah  dr bahasa tubuhnya dia berkata biarlah Mama yg menderita, asal jangan engkau anakku...Mama tak rela belahan jiwa ini berlinangan air mata menjerit memanggil  ibunya, Mama akan datang sepenuh jiwa untuk  memahami apa yg terjadi pd diriku, Mama akan selalu menginginkan anaknya selalu tersenyum menghadapi dunia ini.

Berapa senyuman yg tak terbilang  yg Mama berikan untuk ku , ku ingat pada saat aku  tidur tak terasa  ada air hangat 2 kukuh mengalir pada saat  ku terlelap, mamapun datang menggantikan popok untuk ku, dan akupun menjerit -jerit memarahi mama yg tak sigap menggantikan popok yg baru..,dengan lancangnya kutendangi Mama dengan kaki mungilku...oh Mama maafkan aku ....

Senyumanpun berlanjut , pada saat ku terlelap ada sesuatu yg mengganggu kenyamananku, akupun  menjerit dengan sekuatnya, mamapun datang dengan bergegas ow  maafkan Mama sayang,... mama tadi  terlelap sejenak..rupanya ada  sesuatu yang berwarna kuning rupanya yang mengganggumu...akupun marah sejadi-jadinya  kutendangi mama dengan kaki mungilku   ....

Haripun berlalu ,tahunpun berganti.....tibalah masa sekolahku...tanpa rasa khawatir sedikitpun  kulihat kesibukan mama menyiapkan pakaian seragam sekolah, sepatu , tas yg baru, mama tak rela putrinya jd bahan tertawaan temannya, mamapun dengan segenap jiwa mempercantik diriku, membedaki aku sampai nafasku kewalahan menerima usapan bedak drnya aku pun menjerit lantang Mamaaaaaaaaaa, pelan pelan dong akukan masih kecil...? Apakah mamaku marah? tidaklah mamapun tersenyum melihat ggi ompongku menyeringai ..

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun