Kitab kedua adalah Memayu Hayuning Bawana adalah salah satu karya sastra Jawa Kuno yang dianggap sebagai naskah penting dalam bidang sastra dan agama. Kitab ini ditulis oleh Serat Wirid Hidayat Jati pada abad ke-17. Kitab ini berisi tentang panduan hidup manusia agar bisa hidup berdampingan dengan alam semesta dan Tuhan. Memayu Hayuning Bawana secara harfiah berarti "menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat".
![mhbpap-64553cde4addee68eb5e6af2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/05/06/mhbpap-64553cde4addee68eb5e6af2.jpg?t=o&v=555)
Dalam kitab ini, Serat Wirid Hidayat Jati memberikan panduan mengenai bagaimana cara menjalani hidup yang baik dan benar, sehingga manusia bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Panduan tersebut antara lain meliputi cara beribadah yang benar, cara berinteraksi dengan sesama manusia, dan cara menjaga lingkungan alam. Kitab ini menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, terutama dalam mejaga hubungan dengan alam dan Tuhan.
Kitab Memayu Hayuning Bawana menjelaskan bahwa manusia harus hidup sesuai dengan tiga prinsip utama, yaitu Tri Hita Karana. Ketiga prinsip ini meliputi hubungan manusia dengan Tuham, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam semesta. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia harus memahami dan mematuhi ajaran agama. Dalam hubungan manusia dengan sesamanya, manusia harus hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Dalam hubungan manusia dengan alam semesta, manusia harus menjaga lingkungan dan berusaha hidup harmonis dengan alam semesta.
Sangkan Praning Dumadi
Kitab ketiga dan yang terakhir ialah Kitab Sangkan Praning Dumadi. Kitab ini adalah karya sastra Jawa yang ditulis oleh Mangkunegara IV pada abad ke-18. Kitab ini berisi tentang ajaran filosofis mengenai keberadaan manusia dalam alam semesta dan hubungannya dengan Tuhan. Sangkan Praning Dumadi secara harfiah berarti "menuju kesempurnaan keberadaan diri".
Dalam Kitab ini, Mangkunegara IV menjelaskan bahwa manusia memiliki dua sisi, yaitu sisi fisik dan sisi spiritual. Sisi fisik hanya semetara dan akan mati, namun sisi spiritual adalah keberadaan yang abadi dan terus hidup. Untuk mencapat kesempurnaan keberadaan diri, manusia harus menyeimbangkan kedua sisi tersebut dan memahami posisinya dalam alam semesta.
Sangkan Praning Dumadi dikaitkan dengan ajaran filosofis Jawa yang berkembang pada masa lalu. Kitab ini mengajarkan tentang konsep "dumadi" atau "keberadaan" manusia dalam alam semesta. Konsep ini dipercayai sebagai sebuah kebenaran universal yang menghubungkan manusia dengan alam semesta dan Tuhan
Kitab Sangkan Praning Dumadi menjelaskan bahwa manusia harus memahami bahwa mereka adalah bagian dari alam semesta dan Tuhan. Manusia harus hidup dengan kesadaran akan keberadaannya dalam alam semesta dan menjalankan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Konsep dumadi ini juga berhubungan dengan konsep "Tritunggal" dalam ajaran Jawa, yaitu hubungan antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. Manusia harus hidup harmonis dengan alam semesta dan menjaga keseimbangan antara hubungan manusia dengan sesamanya, hubungan manusia dengan alam semesta, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Sangkan Praning Dumadi memiliki pengaruh besar dalam kebudayaan Jawa. Kitab ini dipelajari oleh para pemuka agama dan para tokoh spiritual untuk memahami konsep diri dan hubungan dengan Tuhan. Selain itu, ajaran dalam kitab ini juga diterapkan dalam seni tari Jawa, seperti tari Golek Ayun-Ayun dan tari Renggong Manis.
Kesimpulan