Mohon tunggu...
Damar Nugroho
Damar Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

mempunyai hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tunagrahita: Strategi Pembelajaran Baik? Memang Bagaimana?

29 Desember 2023   11:18 Diperbarui: 29 Desember 2023   11:51 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan inklusif menuntut pendekatan yang holistik untuk memastikan bahwa setiap siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, memiliki kesempatan yang setara untuk belajar dan berkembang. Sekolah inklusi adalah sekolah yang memberi kesempatan belajar yang sama pada setiap peserta didik. Semua peserta didik, baik berkebutuhan khusus maupun yang bukan, mendapat respect yang sama dari guru. satu strategi yang terbukti efektif dalam lingkungan inklusif adalah pembentukan kelompok kecil. Dalam menanggapi Tunagrahita terhadap pembentukan kelompok ini melibatkan perhatian khusus terhadap karakteristik dan kebutuhan individual siswa, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan melibatkan kolaborasi yang erat antara guru, siswa, dan pendukung inklusi.

David & Johnson (1999:58) mendefinisikan Cooperative Learning sebagai "a teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject." Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa memiliki tingkat kemampuan berbeda, dengan menggunakan berbagai macam aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi.

David & Johnson juga menyebutkan bahwa model pembelajaran ini memiliki 5 prinsip yang dianut, yaitu: 1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif); 2) Individual accountability (tanggung jawab perseorangan); 3) Face to face interaction (tatap muka); 4) Social Skill (keterampilan sosial); 5) Group processing (proses kelompok). Jadi, inti dari cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar kelompok kecil dimana siswa belajar dan berkolaborasi bersama untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal baik secara individu maupun kelompok

Suwasdi, S.Pd., Guru Matematika SMP Negeri 15 Yogyakarta mengatakan, salah satu cara yang terbukti efektif dalam mengondisikan kelas inklusi yaitu dengan pembentukan kelompok kecil biasanya 3-5 orang. Menekankan pentingnya kolaborasi yang erat antara guru, siswa, dan pendukung inklusi. Guru perlu berkomunikasi dengan siswa reguler maupun siswa tunagrahita untuk memahami lebih lanjut kebutuhan dan harapan mereka terhadap pembentukan kelompok. Kolaborasi yang efektif menciptakan peluang untuk membagikan ide, strategi, dan pengalaman, yang pada gilirannya meningkatkan efektivitas pembelajaran untuk semua siswa.

Sumber: Penulis
Sumber: Penulis

Dalam hal menanggapi siswa berkebutuhan khusus terhadap pembentukan kelompok secara heterogen melibatkan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan individual, menciptakan lingkungan yang mendukung, kolaborasi yang erat, dan evaluasi terus-menerus. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, pendidik dapat menciptakan lingkungan inklusif yang memunculkan pembelajaran yang bermakna dan positif bagi semua siswa. Dengan demikian, pembentukan kelompok heterogen dapat menjadi strategi pembelajaran efektif untuk mendukung keberhasilan belajar siswa berkebutuhan khusus dalam lingkungan inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun