Sri Purnomo, Bupati Sleman, didampingi istrinya, Kustini Sri Purnono, beberapa hari yang lalu, meresmikan kepengurusan Karang Taruna Sleman. Sebuah momentum bagus untuk membahas soal ketahanan pangan di masa pandemi ini.
Pada 2018 yang lalu, Kabupaten Sleman menempati peringkat ke-11 dari peringkat dan skor Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten. Skornya cukup tinggi, yaitu mencapai 88,49. Artinya, ketahanan di Sleman sangat baik. Namun, ketika pandemi menerpa, apakah ketahanan pangan Sleman tetap baik? Bagaimana cara mempertahankannya?
Kebiasaan netizen sekarang, ya nggak semua sih, tapi banyak, adalah terlalu mudah melakukan hal ini: antara menyalahkan situasi dan menggerutu kepada pemerintah. Ya gimana ya, saya pun begitu, ketika situasi kok rasanya makin berat belakangan ini, pemerintah yang paling enak jadi sasaran tembak.
Tapi saya nggak mau disalahkan sendirian. Ya gimana ya, ketika pandemi belum terlacak di Indonesia, pemerintah nggak serius. Ketika keadaan makin gawat, respons mereka sangat tidak memuaskan. Oleh sebab itu, segala ledekan dan kemarahan yang dialamatkan ke pemerintah jadi punya landasannya.
Namun, saya juga tahu kalau sikap kayak gitu nggak baik, pun nggak mengubah keadaan. Seperti kata-kata bijak: jangan terlalu berharap kepada negara, teruslah bekerja. Saya ingin menyarankan satu hal untuk kebaikan bersama.
Mumpung soal pilkada serentak sudah makin dekat, nggak ada salahnya memanfaatkan ketokohan untuk kebaikan bersama. Maksud saya begini. Peresmian pengurus baru Karang Taruna Sleman harus disambut dengan sebuah aksi nyata.
Ketika makin banyak warga yang mengeluh kesulitan menjual hasil kebun kecil di rumahnya, karang taruna bisa menjadi dinamo perubahan. Kan kita tahu, saat ini, makin banyak orang berkebun, kecil-kecilan, untuk konsumsi pribadi, maupun dijual untuk menghasilkan uang tambahan.
Saya rasa, akan sangat terlambat kalau menunggu kebijakan dari pemangku jabatan, misalnya Bupati Sleman, Sri Purnomo. Atau, terlalu mengharapkan gebrakan istri Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo. Gimana nggak lama, lha wong Pilkada Sleman saja masih Desember nanti. Kalau misalnya menang Pilkada 2020 nanti, Kustini Sri Purnomo pasti butuh waktu untuk merampungkan kebijakan baru demi ketahanan pangan Sleman. Untuk saat ini, pemuda Sleman perlu semacam siasat.
Saya mengusulkan karang taruna sebagai ujung tombak. Potensinya sangat besar di tengah pandemi sekarang ini. Apa saja yang bisa dilakukan?
Pertama, menjadikan Bupati Sleman sebagai echo chamber
Ketokohan adalah magnet atensi. Karang Taruna Sleman harus pandai memanfaatkan posisi tokoh sebagai echo chamber. Apa itu? Echo chamber adalah sebuah media untuk mengamplifikasi sebuah gagasan untuk menciptakan pengaruh yang lebih luas.