Ilustrasi: guardian
Isi kalbu mendurhaka
"semua orang adalah orang lain"
klise sederhana dari seorang pria
sedang terjerat heningnya
sang malam terlalu cepat turun
Jakarta bukan lagi sebuah kota
untuk saya
hidup enggan, matipun tak mau
Layaknya mayat, kata-kata tak terketik tanpa titik
menyusun kata bak pujangga
dari kalbu yang mendurhaka
Isi kalbu meronta
sudah tercebur dalam lumpur
mau apalagi?
semakin berenang semakin tenggelam
kembali dan mati
didalam lumpur kesepian
logika berhutan yang membentur
Layaknya Tuhan, hutan itu menghantui di tahun hujan
semesta semestinya mengerti
mana ada manusia yang harus tahan dengan kesendirian
haruskah kulewati purnama ini sendiri?
aku bukan rama
tapi harapan akan kecantikan yang luhur datang dari wujud seorang shinta
akan selalu ada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H