Takut gemuk tidak pernah terjadi di generasi mereka yang lahir di bawah tahun 60-an di negeri ini. Bagaimana tidak, untuk makan saja susah. Bisa gemuk justru adalah anugerah. Justru mereka yang baru lahir kemudian, yang hidupnya tak merasakan harus antri beras, makan bulgur, dan terancam busung lapar, ketakutan ini menjadi nyata. Obesitas adalah momok manusia modern, tanpa kecuali.
[caption id="attachment_181611" align="aligncenter" width="500" caption="Smooch Unlimited Frozen Yoghurt (dok. pribadi)"][/caption]
MENGISAHKAN yoghurt kepada mereka yang belum pernah merasakan sebelumnya agak rumit juga. Kalau ini dikategorikan produk susu yang seharusnya terasa gurih dan kaya lemak, tapi yoghurt justru merupakan kebalikan semuanya. Rasanya masam dan rendah kolesterol. Kalau ada yang berkata ini seperti susu basi, sepertinya berlebihan juga. Zaman sekarang yoghurt dikategorikan jajanan sehat.
Namun pada zamannya dulu, ketika belum dikenal metode penyajian seperti sekarang, orang banyak hanya mengenal yoghurt dari rasa masamnya itu saja. Beruntunglah kita hidup di zaman sekarang. Teknologi penyajian sudah sangat maju. Rasa masam itu bisa disiasati dengan rasa lain. Semisal buah-buahan segar atau aneka toping penuh rasa.
Saya ingin berbagi pengalaman saya waktu datang untuk pertama kalinya ke Smooch, gerai yoghurt yang dibuka sejak tahun 2009 lalu. Bayang-bayang rasa masam yang muncul di kepala saya langsung sirna saat memandang konsep gerainya yang ceria. Ada kartun jenaka menghias di dinding. Ada kata-kata unik di mana-mana, bahkan ini saya anggap sebuah keasyikan sendiri untuk menebak maksudnya.
Pertama yang menarik buat saya, selain tentu saja keinginan untuk mencoba rasa yoghurtnya, adalah tagline "unlimited frozen yoghurt". Menurut pemilik Smooch Laurence Alifen, kata "unlimited" itu punya makna ganda. Selain bermakna "bebas ambil sebanyak yang kita mau tanpa takut gemuk", kata ini juga berarti "bebas mengkreasikan yoghurt kita sendiri". Ah! Ini menarik dan saya anggap berbeda dari gerai lain yang menyediakan yoghurt! Kapan lagi bisa ambil yoghurt semaunya? Dan tidak buat gemuk? Pas! Sontak saya segera turut dalam deretan peserta Get Urbanized II lain yang sudah lebih dulu mengambil froyo (frozen yoghurt).
Saya cukup tahu diri untuk tidak menyentuh yang serba manis, jadi pilihan saya ke froyo rasa buah. Pramusaji di Smooch pintar mengarahkan. Katanya yang favorit adalah Acai Berry dan Blueberry. Saya katakan, saya tidak kuat yang terlalu asam karena maag, maka ia menawarkan Peach. Untuk topingnya, karena saya cukup bodoh untuk menyusun, saya contek saja versi Mixology 101 di atas dinding. Saya pilih komposisi toping buah segar dan jelly.
[caption id="attachment_181618" align="aligncenter" width="300" caption="Panduan Mixology 101 untuk penikmat yoghurt pemula (dok. pribadi)"]
Baru saja saya mau pergi, pramusaji menawarkan toping lain: konyaku dari Jepang! Astaga, ini enak sekali. Konyaku beragam dan saya sempat pusing sendiri mau pilih yang mana. Niatnya ambil sedikit, akhirnya saya ambil 4 macam. Lupa kalau konyaku itu manis rasanya! Tapi saya 'kan sedang memanjakan diri dengan jajan sehat. :)
[caption id="attachment_181621" align="aligncenter" width="300" caption="Tulisan indulging everyone with HEALTHY treat di atas aneka toping (dok. pribadi)"]
Froyo buah plus konyaku saya dihitung di atas timbangan dan cukup kaget juga. Saya ambil terlalu banyak sepertinya. Di atas 300 gram dan silakan hitung sendiri kalau per gramnya seharga Rp 160. Untung acara ini diselenggarakan Kompasiana tercinta! Jadi tidak jadi khawatir... dan langsung sikat tandas froyo sehat ini.