Mohon tunggu...
Dian Marfani
Dian Marfani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Swasta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berangkat dari Hobi Menulis Hingga Jadi Juara Tingkat Nasional

31 Januari 2012   10:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:14 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang bakal menyangkan drama yang berjudul "Anak Lunang Sayembara Makan Tebu" yang digagas Jailani Yamin dari berbagai cerita pada zaman kerajaan suku Rejang dan dipadukan dengan pengalaman saat ini alhasil mampu meraih juara harapan II tingkat nasional dalam festival Genre yang diselenggarakan BKKBN Pusat pada bulan Juni 2011.

"Cerita dalam drama yang kami tampailkan pada waktu itu sebenarnya sangat sederhana. Apalagi judul yang kita usul berjudul anak lunang yang berarti anak yatim piatu hidup disebuah kerajaan pada zamannya disini (Rejang Lebong) mampu diangkat menjadi raja lantaran si anak lunang ini mampu memenangkan sayembara mekan tebu," ujar Jailani Yamin yang merupakan penulis dan berprofesi sebagai PNS ini.

Jailani yang sering akrab disapa bang Jay, menceritakan asal muasal ide drama anak lunang makan tebu yang dia tampailkan itu mampu membawa nama Rejang Lebong ke tingkat nasional. Sebenarnya, kata Jay, ide membuat drama tersebut bermula saat dirinya bertemu dan banyak berbincang dengan tokoh masyarakat asli Rejang Lebong. Salah satunya pada waktu itu ada seroang bernama Sawani yang saat ini telah almarhum. Dari cerita Sawani inilah dia mulai menggambarkan cerita yang dia dapatkan dari Sawani. Ditambah lagi pengalaman Jay yang acapkali jalan-jalan melihat kondisi masyarakat dari sisi sosial dan budayanya.

"Nah dari berbagai cerita dan pengalaman itulah saya mulai mengemasnya dalam sebuah tulisan cerita yang kemudian saya tuangkan ke dalam drama. Sebenarnya, kalau diperhatikan dari kisa anak lunang maka tebu ini banyaks ekali filosofi yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Maksudnya, dari cerita yang saya dapatkan dari pak Sawani itu yang menceritakan ada seorang anak yatim piatu yang hidup pas-pasan mampu menjadi seorang raja di sebuah kerajaan yang tidak begitu besar berada dibalik bukit yang dikenal dengan istilah Rejang "belek tebo" atau balik bukit," jelas pria yang kini menginjak usia 50 tahun.

Kemudian, setelah sukses menjadi juara harapan II tingkat nasional. Jay mengatakan, saat ini dirinya sudah menyelesaikan tulisan cerita anak lunang makan tebu menjadi sebuah buku setebal 325 halaman. Dan dia mengaku tidak mudah menyelesaikan tulisan cerita tersebut. Karena, butuh waktu 3 tahun baginya merampungkan tulisan itu." Sebenarnya buku kisa anak lunang makan tebu tidak jauh berbeda dari kisah drama yang kit atampilkan pada saat festival Genre pada waktu itu. Namun ada banyak hal dan pengalaman yang saya tuangkan ke dalam buku itu sehingga terdapat banyak sekali filosofi, yang barangkali bila orang yang mengerti dan memaknai tulisan di dalam buku tersebut pasti sangat menyentuh," jelas bang Jay yang sudah menggeluti dunia tulis menulis sejak tahun 1998 itu.

Buku berjudul "Anak Lunang Makan Tebu" saat ini, kata Jay, tinggal diperbanyak saja. Namun, hingga saat ini dirinya belum berani melunching buku tersebut lantaran masih menunggu momen yang tepat dengan harapan bila buku tersebut diperbanyak dan disebarluaskan setidaknya menjadi sesuatu yang berarti buat generasi khususny adalam melestarikan cerita budaya Rejang asli yang ada di Rejang Lebong.

Selain itu, Jay mengklami bahwa saat ini dirinya telah mendapatkan tawaran dari pejabat di salah satu Kabupaten yang nilainya cukup menjanjikan. Dengan catatan tulisan yang dibuat itu dicantumkan nama pemesannya." Tapi saya tolak karena bagi saya sebuah karya yang dihasilkan tidak mudah dibayar dengan materi namun akan lebih bermakna bila dimanfaat untuk kepetingan yang jauh lebih baik," jelas Jay.

Jay mengaku prihatin, hasil budaya Rejang yang ada disini (RL) yang masih belum dimaksimal digarap menjadi sektor objek wisata daerah. Untuk itu, dia berharap dukungan semua pihak agar sama-sama menjaga dan melestarikan situs budaya Rejang Lebong." Apalagi saya melihat banyak situs peninggalan sejarah yang bisa dijadikan sebagai objek wisata seperti halnya yang ada di Bali dan daerah pulau Jawa. Disana setiap situ budaya dan peninggalan sejarah yang ada di sangat terawat dan tidak kalah pentingnya lagi mampu menjadi sumber PAD," beber Jay.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun