Mohon tunggu...
Dian Marfani
Dian Marfani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Swasta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Masa Depan Dikorbankan Hanya Demi Uang

13 Januari 2012   11:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_163558" align="alignleft" width="300" caption="Agung Memilih berhenti sekolah ditingkat SD demi mencari uang "][/caption] Agung (13) warga yang tinggal di Kelurahan Air Putih Baru Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu rela melepaskan masa depannya hanya demi uang dengan menjadi seorang kenek tukang bangunan. Padahal sebelum berhenti dirinya masih duduk dibangku SD tapi entah apa alasan kuat dia sampai mau dan relah memilih berhenti bersekolah. Agung menurutkan, dirinya memilih karena enak dan asik sudah bisa mencari uang sendiri jadi untuk apa dia sekolah karena tidak sekolah saja dirinya bisa dapat uang.  Saat ditemui, Agung yang sedang memegang cangkul adukan semen mengaku senang sudah bisa mencari uang dengan hsail keringatnya sendiri. Ditanya apakah orang tua tidak mampu, Agung pun menjawab dengan lugas," Orang tua saya mampu," singkat jawaban Agung yang saat itu sedang bekerja membuat adukan. Agung yang bersekolah di SDN 7 Kelurahan Air Putih menjelaskan, dirinya sudah lama menggeluti pekerjaan sebagai kenek bangunan belih kurang 2 bulan ini. Ia pun diajak pamannya yang memang keseharian bekerja sebagai buruh harian bangunan. Tidak terlihat rasa kelelahan saat ditanya kenapa tetap memilih berhenti, apakah Agung tidak memiliki cita-cita?. Pertanyaan itu pun cukup lama ia jawab. Mau jadi polisi?, atau Pengusaha?. Atau mau jadi Pegawai Negeri Sipil?. Akhirnya ia pun menjawab mau jadi PNS." Jadi PNS lah," lirih Agung anak kelima dari lima saudara. Mengenakan baju lengan pendek warna putih garis hitam dan celana panjang berwarna merah, Agung tetap melanjutkan pekerjaannya mencangkul adukan semen sambil menjawab beberapa pertanyaan Radar Bengkulu. Bukankah mau jadi PNS itu harus sekolah tinggi?. Kembali ia tidak bisa menjawab dan hanya tetap mengaduk adukan semen sambil menundukkan kepala. Apakah orang tua mu tidak menganjurkan dirimu untuk bersekolah?. Ia menjawab, orang tua sudah menganjurkan. Tapi memang dirinya yang sudah bulat tidak mau sekolah lagi." Orang tua nyuruh. Tapi saya tidak mau," kata Agung yang memang dicerca pertanyaan hanya dijawab dengan singkat. Disingung lagi soal uang yang didapat dari hasil bekerja ini digaji berapa dan diapakan uangnya?. Ia mengatakan, digaji Rp 20 ribu per hari. Dan digunakan untuk kebutuhan ia sehari-hari. Kakak Agung yang paling tua sudah bekerja?. Ia menjawab, masih bersekolah." Masih sekolah," imbuh Agung, lantas kenapa Agung tidak sekolah, apakah biaya sekolah mahal?. Agung pun menjawab, tidak mahal bahkan malah gratis. Tapi memang dia tidak mau dan berniat untuk sekolah," Saya memang tidak mau sekolah," ceplos Agung sembari tetap mengangkut adukan yang dia bawa ke tempat lokasi dimana pamannya yang sedari tadi menunggu adukan tersebut. Berdasarkan kondisi yang dialami Agung, perlu ada pembinaan dan pendampingan khususnya orang tua terhadap anak. Karena, disadari atau tidak bila anak sudah tahu dan bisa  bekerja menghasilkan uang dimasa sekolah pasti tidak bisa dipungkirin lagi lambat laun cepat atau lambat anak tersebut mulai jenuh belajar dan memilih hal lain yang lebih memberikan dampak langsung. Padahal pendidikan buat mereka jauh lebih penting dan tidak sebanding dengan uang yang mereka hasilkan dari bekerja apalagi hanya bekerja sebagai kuli bangunan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun