Mohon tunggu...
Yuliana
Yuliana Mohon Tunggu... Auditor - Penulis Cerita Inspirasi dan Motivasi

Trust in Process

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dandelion

7 Agustus 2024   11:38 Diperbarui: 7 Agustus 2024   11:51 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin berhembus kencang dan langit semakin menggelap, butiran-butiran salju semakin menebal menutup jalan. Situasi sepi menyelimuti seisi kota yang kami lewati sore itu. "Quo sekarang jam berapa?" Tanya lelaki paruh baya yang sekarang duduk menyetir di depanku."Jam lima," jawabku kepadanya. 

Lelaki itu tertawa kecil sambil berkata, "Wah paman tidak menyangka masih jam segini,seperti sudah jam tujuh malam ya?" Aku hanya diam dan mengarahkan pandanganku ke jendela mobil. Hening kembali menyelimuti kami.

Tak berselang lama, kupejamkan mataku karena rasa kantuk yang semakin menjadi. Tiba-tiba kriittt... mobil kami mengerem mendadak, aku terkaget dan dengan nada tinggi bertanya "Ada apa paman Drey?" Paman Drey hanya memandangku sekilas "Lihatlah gadis itu!Kita harus memberinya tumpangan,"katanya sambil menunjuk keluar jendela. Kutolehkan segera kepalaku dan kulihat seorang gadis di sebuah halte membawa kotak kardus. 

"Siapa dia paman, apakah paman mengenalnya?" Paman Drey tak menjawabku dan terburu-buru keluar mobil sambil membawa payung. Kulihat Paman Drey berbicara dengan gadis itu dan tak berselang lama mereka masuk kedalam mobil.

Entah sudah berapa lama kami bertiga hanya terdiam di dalam mobil. Aku memfokuskan pandanganku kesisi lain dan enggan menyapa gadis yang duduk di sebelahku. "Halo namaku Moura, boleh tau namamu? Sepertinya kita seumuran. Aku 13 tahun dan ber..." Aku segera memotong perkataannya, "Tidak perlu mengenalku, kau hanya menumpangkan? Cepatlah turun jika kau sudah sampai!" Gadis itu tertunduk. 

Paman Dreyyang sadar akan situasi kami dibelakang segera menanggapi "Namanya Quo,walaupun badannya kecil tapi Quo ini sudah kelas satu SMA." Gadis itu terlihat terkejut dan meminta maaf kepada kami. Paman Drey tertawa sedangkan disisi lain aku hanya diam tidak merespon. Setelah beberapa saat gadis itupun turun.

Keesokan harinya ketika aku berangkat ke sekolah, kulihat banyak anak kecil menanam bunga di sebuah taman. Sambil berjalan aku terhanyut dalam pikiranku, selama ini aku tak pernah memiliki tujuan dan cita-cita. 

Arti sebuah cita-cita bagiku adalah mencapai apapun yang membuatku senang. Tak berselang lama "Kak Quo...Kak Quo!" aku mendengar seseorang memanggilku dari belakang. 

Kutolehkan kepalaku dan kulihat seorang gadis menghampiriku sambil berlari "Apakah kau mengingatku Kak? Aku Moura. Berkat Paman Drey dan Kakak, aku bisa sampai di panti dengan selamat,"katanya sambil tersenyum lebar.

"Ada perlu apa kau denganku?" Tanyaku kepadanya. Gadis itu tersenyum, "Aku hanya ingin memberimu ini sebagai tanda terima kasihku Kak," katanya sembari menyodorkan sebuah kotak kecil kepadaku. 

Aku memandangnya sekilas lalu berjalan pergi, "Pergilah, aku tidak butuh itu. Paman Drey yang menolongmu, seharusnya kau berikan saja kepadanya," kataku sambil berjalan menjauh. Namun, dia terus mengikutiku sambil berkata, "Aku mohon terimalah ini kak, sulit bagiku untuk menemui kalian lagi." Aku semakin mempercepat langkahku dan meninggalkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun