"Terbukti, ketika Golkar dipimpin Akbar Tandjung, betapa benturan dan hantaman serta konflik berakhir dengan kemenangan yang amat luar biasa," ujar dia.
Artinya, Golkar sudah punya pondasi yang kuat. Golkar bukan partai yang dilahirkan dari satu trah. Ada banyak trah, banyak kelompok dan organisasi yang ikut didirikan dan mendirikan partai beringin ini.
Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Ini sepertinya berlaku di Golkar. Dinamika politik yang dimainkan setiap Ketua Umum Golkar, hanya sebagian kecil pengaruhnya dalam perolehan suara dari pemilu ke pemilu.
Yang membuat Golkar bisa menang, adalah ketika infrastruktur partai dan organisasi sayap kuat dari pusat hingga ke desa.
Ketika mesin ini lemah, maka di sinilah dinamika terjadi, suara cenderung menurun. Nilai unggul Akbar Tandjung sangat bergantung pada infrastruktur ini.
Akbar Tandjung orang besar dalam organisasi, tahu dan pandai memainkan peran ini. Kader Akbar Tandjung banyak tersebar dalam berbagai kekuatan partai politik yang ada saat ini.
Tentu keunggulan Akbar Tandjung ini tak bisa ditiru oleh Ketua Umum Golkar sesudah dia. Sebab, setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya.
Pemilu kian dekat. Golkar belum menentukan sikap politiknya untuk pencapresan. Capres sepertinya sudah mentok pada tiga nama.
Golkar partai yang pintar berpolitik. Partai ini selalu ada dan ikut dalam pemerintahan. Kita tunggu main cantik Golkar, dalam mentukan arah pembangunan Indonesia lima tahun mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H