Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Nurbaiti Jadi Percontohan Nikmat di Balik Musibah

13 Juni 2023   11:46 Diperbarui: 13 Juni 2023   12:18 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi bangunan rumah Nurbaiti yang sedang dibangun atas fasilitas Aspila itu. (foto dok happy neldy)

Pergerakan Aksi Solidaritas Piaman Laweh (Aspila) terhadap bedah rumah Nurbaiti terasa amat luar biasa.

Rencana awal setelah adanya zakat dari Baznas Padang Pariaman Rp15 juta, rumah itu dibangun semi permanen. 

Namun, hari berjalan, rencana berubah menjadi rumah permanen buat ibu berusia 75 tahun itu.

Ridwan Palapa, Penasehat Aspila Batang Anai menyebutkan, perubahan rencana itu setelah bantuan dari H. Lambau, kader Gerindra datang Senin kemarin.

"Rumah permanen ukuran 6x7 meter. Dan sampai saat ini, donatur terus bertambah," katanya, Selasa (13/6/2023).

Menurut Ridwan bersama Ketua Aspila Batang Anai Ade Wijaya, rincian dana yang masuk saat ini, dari Baznas Rp15 juta. Masuk lewat Aspila sudah mencapai Rp18 juta. Lewat H. Lambau, Happy Neldy (Gerindra) 35 zak semen dan 3.000 batu bata.

Empat truk sirtu sumbangan Dt Pahlawan, biaya penebangan pohon kelapa dari Bacaleg Demokrat Syahrul Usman.

"Dua tukang dan seorang kuli diupah, terus bekerja. Dan banyak tenaga sukarela yang membantu, baik bekerja maupun membawakan makanan untuk tukang," ulas Ridwan Palapa. 

Ridwan Palapa melihat, keprihatinan kehidupan Nurbaiti bersama keluarganya yang terbilang banyak dalam rumah pondok. Pondok beratap rumbia dan berlantai tanah, sangat menyakitkan sekali.

Ditambah suami Nurbaiti, Pak Lis hanya pekerja meraut lidi dan membuat pengikat sapu, sangat tidak mungkin untuk hidup layak, dengan kondisi anak dan cucu yang lumayan banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun