1 Abad NU, sebuah kisah sosial keagamaan yang cukup panjang. Sebagai warga NU, masing-masingnya tentu punya kisah dan cerita lewat pergulatannya di organisasi yang lahir 1926 ini.
Tahun 1994, saya satu dari sekian orang santri Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Kabupaten Padang Pariaman yang terlibat di kepanitiaan Konfercab NU daerah itu.
Konfercab diadakan di Hall Saiyo Sakato selama dua hari, dan memilih Buya H Iskandar Tuanku Mudo.
Buya ini selain pimpinan Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, juga sebagai anggota DPRD Padang Pariaman dari Golkar, hasil pemilu 1992.
Sayang, kepemimpinan Buya Iskandar Tuanku Mudo tak lama di NU Padang Pariaman. Dia wafat di tahun itu juga, dalam sebuah perjalanan dinas sebagai anggota dewan ke Lampung.
Bersamaan dengan Konfercab NU Padang Pariaman kala itu, juga berlangsung peralihan Ketua GP Ansor dari Abdul Hadi ke Iswandi.
Iswandi sebelumnya adalah Sekretaris Ansor Padang Pariaman. Santri Pondok Pesantren Luhur Kalampaian, Ampalu Tinggi ini melanjutkan kepemimpinan di Badan Otonom NU tertua tersebut.
Iswandi meletakkan Tuanku M. Aya sebagai Sekretaris. Sementara, Afredison Wakil Sekretaris.
Saya tak ada di dalam organisasi itu. Cuma tahu dari Afredison, karena sama-sama santri Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan.
Iswandi, setelah tak lagi jadi Ketua Ansor, hilang dari peredaran. Konferensi Ansor berikutnya, yakni tahun 2002, menetapkan Afredison sebagai ketua dan saya Sekretaris.