Memasuki abad kedua Nahdlatul Ulama (NU), adalah sebuah keniscayaan. Karena momen satu abad itu dirayakan hari ini, Selasa (7/2/2023).
Merawat jagad membangun peradaban. NU lahir dari sebuah pergulatan tradisi pemikiran yang dalam bahasa fiqih mengelola pemikiran baik dalam soal keabsahan beragama.
Pertahanan NU dalam menyongsong abad kedua cukup kuat. Politik kebangsaan yang menjadi landasan berpikir dan bertindak, menjadikan NU jadi tumpangan terbesar di republik ini.
Islam rahmatan lil alamin, betul-betul menyusup dalam mempertahan tradisi lama yang baik, serta mengadopsi tradisi baru yang lebih baik lagi.
Produk pemikiran ini, sepertinya di mulai sejak era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid. Tokoh ini memulai memimpin NU ketika organisasi ini terbebas dari kekuatan partai politik.
Kembali ke khittah, bebas dari cengkraman PPP, serta menjadi kekuatan moral di tengah masyarakat.
Tentu jasa besar Gus Dur, begitu KH Abdurrahman Wahid populernya di tengah masyarakat, tak bisa dilepaskan dari kebesaran NU hari ini.
Percaturan politik yang dimainkan Gus Dur mampu menjadikan NU sebagai kekuatan yang diperhitungkan dalam berbangsa dan bernegara.
Hadirnya PKB oleh NU sendiri pun dengan bahasa yang bersayap. Tak harga mati, sehingga sebaran warga NU dalam kekuatan partai politik pun menyebar.
NU mendunia, nama Gus Dur pun abadi hingga sekarang. Penyebaran kader yang diciptakan Gus Dur mampu menembus ruang dan waktu.