Banyak kisah manis dan menakjubkan, membuat saya terus terinspirasi untuk menulis di Kompasiana.
Ya, kisah pergaulan karena saya orang yang hobi berteman. Hobi dan senang berteman, traveling juga menjadi kesenangan tersendiri.
Perjalan dari Padang Pariaman ke Palembang dan Lampung bersama 24 walinagari dan camat, membuat saya tak pernah sepi dari inspirasi.
Hampir sepanjang perjalanan seminggu pulang pergi itu, dua sampai tiga buah tulisan yang saya buat di Kompasiana.
Perjalanan tahun 2021 ini, sama sekali tak menghalangi tiap momen untuk menuangkan tulisan dalam Kompasiana ini.
Cerita gurauan dalam perjalanan, minum pagi di rumah makan langganan bus pariwisata itu, cerita bertemu tokoh Padang Pariaman di Palembang dan Lampung.
Kisah perantau yang ikut membangun kampung lewat potensinya, membuat hubungan baik ranah dan rantau terus terjalin kuat.
Kompasiana yang sudah berusia 14 tahun, adalah media warga yang mampu mengakomodir kebutuhan dan kesenangan warga yang suka menulis.
Media ini telah membentuk ilmu kepenulisan saya kian meningkat. Apalagi tulisan yang tayang punya nilai tertentu, yang membuat kita sebagai penulis menaruh rasa yang sulit untuk digambarkan kesenangannya.
Namun, dari 700 lebih konten yang saya tulis, baru 200 lebih yang masuk puluhan, empat masuk utama. Mungkin kemampuan menulis saya yang masih jauh bila dibandingkan dengan tulisan kawan lain.
Kompasiana adalah media warga, yang membuat kompasianer saling terhubung satu sama lain.
Ini nilai lebih yang patut di syukuri. Terjalin hubungan baik yang amat luar biasa.
Secara tak langsung, kita bersua secara online dengan penulis hebat yang bisa kita jadikan guru lewat goresan tulisannya yang ringan tetapi mampu menggelitik naluri kita untuk terus berproses.
Di samping itu, yang membuat kisah tertarik bagi pribadi saya adalah apresiasi dari narasumber, ketika dia masih dalam acara, beritanya sudah tayang di Kompasiana.
"Luar biasa. Kita belum bubar, tapi berita sudah tayang," kata Syauqi, seorang tokoh masyarakat Padang Pariaman, pemilik Kampoeng Roti Bandung, ketika saya menulis kegiatannya bersama masyarakat.
Tentu ini tak terlepas layanan admin Kompasiana yang mampu membuat penulis dan narasumber jadi senang.
Hal sama juga disampaikan Ketua DPC Gerindra Padang Pariaman Happy Neldy, ketika mengadakan pelatihan skill servis sepeda motor.
Saat masih dalam suasana pembukaan, beritanya langsung tayang. Jempolnya nongol di WA, saat membalas postingan berita itu saya sodorkan ke WA dia.
Dan cara seperti itu, lumayan banyak saya lakukan. Saya coba rumah image seorang wartawan itu tiba dulu pulang terakhir.
Saya rubah dengan belum pulang dari acara, kegiatannya sudah tayang dalam Kompasiana.
Ini yang membuat saya senang dan terus berekspresi di Kompasiana, lewat banyak tulisan, beragam kategori.
Banyak berita, banyak pula tulisan berupa feature, kisah seorang tokoh, dan dinamika politik lokal dan nasional sesekali membuat jemari ini terus ingin menulis dan menulis.
Kompasiana memberi ruang yang beragam. Menjunjung tinggi nilai budaya lokal yang sudah menasional, menjadikan kita sebagai kompasianer kian terasah untuk terus berinovasi.
Hanya saja, dari sekian banyak konten saya, sering pula ikut lomba dalam rubrik even, belum satu pun tulisan saya yang masuk sebagai pemenang.
Namun, itu tak pula membuat saya patah semangat untuk menulis. Saya terus menulis, sepanjang ada yang saya tulis.
Menulis bagi saya, sudah termasuk kebutuhan. Ada saya sudah diukur oleh banyak kawan dan jejaring saya lewat tulisan saya yang saya posting di banyak grup media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H