Pergerakan Syekh Ibrahim Musa dalam menuntut ilmu dan kelak mengembangkan ilmu itu, membuat warisan keilmuan Parabek mewarnai dunia pendidikan keagamaan di Minangkabau dan nusantara.
Berguru ke banyak ulama hebat di sejumlah surau di Minangkabau dan Makkah, membuat Luthan, nama kecil ulama besar yang populer dengan Inyiak Parabek ini melahirkan murid yang hebat pula.
Sang Ulama Penggerak. Itu judul novel biografi Syekh Ibrahim Musa ditulis Khairul Jasmi, Pemred Singgalang yang sudah banyak menulis buku dan novel ini menyajikan kisah panjang Inyiak Parabek dengan sangat apik.
Renyah, dan enak dibaca, serta mampu membuat pembaca hadir di zaman dulu. Kisah Inyiak Parabek ini mengajarkan kepada kita semua, terutama kaum ulama untuk tidak mudah berfatwa.
Berani berfatwa, artinya orang itu harus siap dan berani pula masuk neraka. Begitu Inyiak Parabek mengajari anak muridnya ketika kelak sudah jadi orang di tengah masyarakat.
Inyiak Parabek yang lahir 1884 dan wafat 1963 ini terkenal sebagai ulama yang gigih, segigih perjuangannya menuntut ilmu dulunya.
Gigih mengelola lembaga pendidikan Sumatera Thawalib, ikut memfasilitasi bersama ulama lainnya mengumpulkan emas dan sumbangan masyarakat untuk bangsa dan negara yang masih dalam berjuang mengusir kaum penjajah.
79 tahun Inyiak Parabek hidup penuh dengan pergerakan. Pergerakan masa belajar, pergerakan masa mendirikan dan melanjutkan perjuangan orangtuanya, perjuangan di medan politik lewat Masyumi, serta perjuangan menegakkan kebaikan lewat dakwah lisan dan tulisan.
Inyiak Parabek lebih senang dan suka berdebat lewat tulisan ketimbang debat terbuka di depan umum. Makanya, ulama besar kharismatik ini banyak melahirkan buku dan kitab, yang membahas banyak hal.
Tulisan buah pikirnya ikut mewarnai media massa. Jejak keilmuan Inyiak Parabek abadi sampai kini. Satu kata, dia telah mewariskan ilmu yang bermanfaat untuk generasi sesudahnya.