Ratusan ulama dan masyarakat berbaur jadi satu. Berjalan kaki mengelilingi kampung dan korong di Nagari Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Sabtu (25/6/2022) malam.
Mereka sedang menggelar ritual "ratik tolak bala". Mulai star di Masjid Raya Lubuak Bareh, sebuah masjid tua dan tertua di nagari itu.
Ratik tolak bala kali ini dipimpin langsung oleh Pimpinan Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah, Buluah Kasok, Buya Jalalein Tuanku Sidi dan Walinagari Sungai Sariak Zaiful Yudi.
Ritual yang menyambungkan adat dan syarak ini dilakukan, tentu setelah pengamatan dan penilaian terhadap fenomena yang sedang terjadi di tengah masyarakat.
Seperti ditemuinya sawah masyarakat tak jadi karena ketiadaan air, atau musim panen yang acap gagal karena dirusak hama dan fenomena lainnya yang berhubungan dengan petani sawah.
Begitu juga soal pengairan yang kurang lagi memberikan kontribusi buat pengelolanya.
Ladang masyarakat banyak rusak dan binasa, dianggap "bala sedang batimbun" di tengah masyarakat itu.
Sebagai pemimpin di tengah masyarakat, para ulama dan walinagari tak ingin masyarakatnya susah. Susah dalam hidup akibat pencaharian macet.
Umum di Sungai Sariak itu, masyarakat bergantung pada pertanian sawah dan ladang, dan sebagian di perikanan.
Yang berdagang tentu banyak pula. Sama dengan yang jadi pegawai negeri. Namun, secara umum adalah petani, yang dibuktikan dengan masih banyak dan luasnya lahan pertanian sawah dan ladang di nagari itu.