Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Ajo Mengajak Bersama Membangun

18 Juni 2022   08:27 Diperbarui: 18 Juni 2022   08:34 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Basamo Kito mambangun nagari". Tulisan yang dibuat di spanduk itu telah menyebar di seantero Piaman.

Sebuah pesan moral yang tinggi dari foto tokoh yang yang terpampang di spanduk itu. Dialah John Kenedy Azis. Anggota Komisi VIII DPR RI asal Dapil Sumbar II.

Ada yang dia sendiri di spanduk itu, dan banyak juga berdua dengan kader dan tokoh Golkar setempat.

Spanduknya menyebar pas pada momennya. Ya, momen dimana tahapan Pemilu 2024 dicanangkan oleh KPU. Tentu spanduk itu multi tafsir oleh banyak orang, terutama oleh mereka yang bukan tokoh partai.

Biasanya, spanduk dan baliho anggota dewan itu banyak hadir pada momen tertentu. Seperti mau puasa, masuk Idul Fitri, selamat ini dan itunya.

Tapi kali spanduk yang tidak saja di kedai milik kader Golkar saja terpasangnya. Banyak juga di tempat umum. Terselip pesan Moran yang tinggi, mengajak kebersamaan.

Apapun itu, apalagi membangun daerah, membangun kampung dan nagari tak bisa sendiri. Harus bersama. Semua komponen masyarakat ada perannya, sesuai kapasitas masing-masing.

Tentu orang yang kerjanya mengkritik pemerintah, juga dia sedang membangun namanya. Sebab, orang yang sedang memimpin sudah pasti butuh dukungan dan kritikan, sumbang saran dan lain sebagainya.

Ajo, demikian John Kenedy Azis disapa banyak orang di kampungnya, Piaman adalah tokoh yang sudah dua periode di lembaga wakil rakyat.

Punya segudang pengalaman dalam soal jejaring di nasional. Sebagai wakil rakyat yang berangkat dari Golkar, banyak sudah program yang diangkutnya ke daerah pemilihannya.

Ya, program pemerintah pusat lewat perjuangannya duduk di DPR RI. Dan itu dirasakan masyarakat, meskipun belum semuanya yang merasakan.

Kehadiran spanduk dan baliho ajakan membangun bersama, tentu bagian dari ajakan masyarakat untuk beropini. Silakan masyarakat bernarasi, sesuai pengetahuan masing-masing dalam mencerna pesan demikian.

Bahwa dia akan maju jadi Calon Bupati Padang Pariaman, bisa jadi seperti itu. Dan juga bersilewaran "ota lapau" soal Pemilu 2024, dan Pilkada serta segala kemungkinannya.

Yang jelas, spanduk ajakan kebersamaan ini telah menyungkup daerah ini. Dari utara ke selatan nyaris ada dan terpampang spanduk tersebut.

Bisa jadi, lewat spanduk itu Ajo ingin memanaskan mesin partai Golkar. Di samping dia dan kader, spanduk warna kuning itu juga pakai lambang partai Golkar.

Apalagi tahapan helat pesta demokrasi ini telah dimulai. Sebagai peserta pemilu, wajar dan pantas tokoh dan kadernya, apalagi pengurus memanaskan mesin partai, lewat sebaran spanduk.

Bagi Ajo, tak ada kegiatan masyarakat yang tidak diikutinya. Sepanjang dia tahu dan diberi tahu, dan tidak ada berbenturan, dengan senang hati dia hadir.

Begitu orang Golkar menyebutkan setiap berkegiatan di tengah masyarakat. Mudah dihubungi, enak diajak diskusi dan menerima serta senang dengan bahasa asli Piaman, membuat masyarakat tak ragu lagi soal komitmennya untuk kemajuan kampung.

Padang Pariaman termasuk daerah yang susah membangun. Membangun yang besar mesti pakai anggaran pusat. Menjemput dana pusat ini, tak semua tokoh yang mampu.

Nah, Ajo punya ini. Sebuah modal besar untuk daerah nantinya. Dan terasa patut sangat banyak orang di daerah ini menggantungkan ribuan harapan pada Ajo, agar bisa turun membenahi kampung ini.

Apalagi saat ini sangat banyak bengkalai lama tertonggok saja. Mau dilanjutkan pembangunannya, tak jelas juga. Pun mau dihentikan, tak juga ada kepastian untuk itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun