Jauh dari pusat nagari dan kecamatan, membuat Koto Runciang bagaikan anak yang terlupakan oleh induknya.
Ada jalan dibuat dulunya untuk penghubung ke pusat korong dan nagari di Guguak dan Barangan, tapi masih jalan tanah.
Hanyak sedikit yang diaspal burdah, itu pun telah punah dan menjadi kerikil yang berserak bentuknya.
Memang Koto Runciang hanya sebuah kampung kecil. Masuk Korong Guguak, tapi terletak paling ujung selatan, yang sepadan dengan Padang Bungo, Nagari Koto Dalam Selatan, Kecamatan Padang Sago.
Dulu, kalau pakai kendaraan rang Koto Runciang ini ke Guguak mesti lewat Padang Bungo, terus ke Ampalu dan menyimpang di Kasai, baru tiba di Guguak.
Sekarang sudah ada jalan dibuat, masih jalan tanah tapi sebagian besarnya. Bila sedang musim hujan, tak sedikit lobang-lobang yang digemari air dan lumpur, laksana kubangan kerbau itu.
Tepatnya di Lurah Tarok, perbatasan Koto Runciang dengan Toboh Binu yang membuat jalan dalam lembah itu nyaris tak bisa dilewati kalau lagi musim hujan.
Tak jalan roda mobil. Hanya berputar di situ saja. Sebab masih jalan tanah yang mudah lunak terkena hujan, dan menimbulkan lobang.
Ali Ayub, salah seorang tokoh masyarakat Koto Runciang tak tahu lagi mesti berbuat apa melihat kondisi jalan kampung itu.
Berharap dia akan ada aspal jalan ini, dan sudah disampaikan ke Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur saat berkegiatan di Koto Runciang setahun yang lalu, namun belum ada realisasi.