Bukik Apik itu hampir rata. Rimba yang dulunya, kini sudah tembus pandang, nyaris tak lagi terlihat bukik yang dipenuhi hutan lebat.
Tiap hari truk mengeluarkan tanah klai di pinggir jalan lingkar, tepatnya di perempatan Bukik Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.
Dan sebagian tanah yang menggunung itu diolah jadi batu bata. Di seberang jalan, berjejer gudang pembakaran batu bata.
Adalah Harry Subrata Datuak Rangkayo Basa sejak setahun ini membuka usaha batu bata di situ.
Tungkunya besar, mampu membakar 50.000 bata sekali bakar. Dia berproduksi tergantung permintaan pasar. Artinya, pembeli bisa langsung ke tungku dia.
Rabu (16/6/2022), tunggu milik mantan Walinagari Lubuk Alung ini sedang tidak berproduksi. Seorang pekerjanya, tampak bersantai saja di warung kopi di depan tungkunya.
Batu bata buatan Datuak Rangkayo Basa ini cukup rancak. Ada tiga jenis tanah yang dipadukan jadi satu, dan dibentuk jadi batu bata.
Ada campuran tanah klai, sehingga daya tahan batu bata ini cukup lama, dan kuat untuk pembuatan gedung.
Anggota pekerjanya cukup cekatan membentuk bata, setelah tanah campuran itu dilanyau dengan mesin tentunya.
Seorang tenaga kerjanya yang perempuan misalnya, sanggup membentuk batu bata sebanyak 5.000 buah.
Potensi bahan baku masih banyak, meskipun yang diangkut keluar juga banyak tiap harinya oleh pembeli yang bukan untuk batu bata.
Dengan adanya kegiatan pengolahan tanah bukik jadi batu bata ini, Datuak Rangkayo Basa telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi sanak kemenakannya.
Bekerja dan berusaha soal tanah ini tak akan ada habisnya. Tak sedang berproduksi, ya melansir tanah yang masih menggunung ke tunggu, untuk selanjutnya diolah jadi batu bata.
Kondisi bukik merimba dulunya itu, kini sudah mulai di rancang untuk pemukiman sepertinya.
Di pinggir jalan, terutama di bagian yang sudah rata bukiknya, dipatok untuk pembuatan ruko dan rumah.
Terbukanya kawasan itu, setidaknya Datuak Rangkayo Basa telah melakukan sesuatu yang bernilai di lahan itu.
Perlahan tapi pasti, masyarakat pun mulai buka warung. Berjualan nasi, makanan dan minuman sudah tersedia di kawasan itu.
Orang yang dulunya takut menempuh jalan itu, lantaran rimba kiri dan kanan jalan menuju Salibutan ini, sekarang sudah terang dan tak lagi takut untuk dilewati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H