Hujan lebat sepanjang Sabtu (11/6/2022) menyebabkan luapan Sungai Batang Tapakih melebihi kapasitasnya.
Akibatnya, puluhan rumah terendam banjir. Sawah petani pun dilanyau air bah. Dilaporkan dari Sintuak Toboh Gadang, air bah terjadi sejak pukul 03.00 dini hari Ahad.
Puskesmas Sintuak sudah penuh oleh luapan air sungai itu. Di seberangnya, surau juga mencapai setinggi betis orang dewasa air dalam surau itu.
"Tak tidur semalaman. Sibuk meninggikan peralatan yang dinilai berharga," kata salah seorang warga Toboh Baru.
Pemandangan demikian, air meluap memasuki rumah dan Puskesmas di Toboh Baru itu, sudah menjadi kebiasaan masyarakat, terutama pada musim hujan lebat.
Di tambah hujan yang sepanjang hari dan malamnya, siap-siap sajalah untuk berkemas, meninggalkan rumah, dan mencari tumpangan agar bisa tidur malam.
Ia, kalau ada tumpangan. Kalau tidak, terpaksa bertahan di dalam rumah yang kian meninggi air di dalamnya.
Pemerintah tentu berpikir solusi apa yang bisa dilakukan untuk antisipasi banjir di seputaran Toboh Baru ini. Sudah dilakukan normalisasi di hilirnya, tapi belum sepenuhnya bisa mencegah banjir di Sintuak Toboh Gadang tersebut.
Tepatnya di dekat Pantai Tiram sudah di perdalam dan di perlebar aliran Sungai Batang Tapakih itu.
Sepertinya, normalisasi masih dilakukan lagi, di bagian atasnya. Batang Tapakih ini termasuk sungai kecil, tapi kalau musim hujan lebat "gadangnya" minta ampun.
Tak sedikit sawah dan lahan pertanian warga yang kena lanyau air punah seketika. Aliran airnya pun beda banyak dengan kebanyakan sungai yang ada di Padang Pariaman.
Air Sungai Batang Tapakih selalu mengalir keruh. Agak menguning. Tak hujan tak panas, airnya selalu menguning. Itulah Batang Tapakih.
Sungai ini pun punya banyak cerita. Cerita sedih dan ganas pernah ada dan terjadi dulunya. Cerita murid melawan guru pun tercatat di Sungai Batang Tapakih.
Sepertinya, pemerintah harus belajar banyak dari cerita yang terhanyut oleh sungai ini, untuk perbaikan pemukiman masyarakat di sepanjang aliran sungai itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H