Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maek, Nagari Seribu Menhir Itu

1 Juni 2022   00:24 Diperbarui: 1 Juni 2022   11:48 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komplek Menhir Koto Tinggi, Nagari Maek. (foto dok damanhuri)

Berbagai bentuk dan rupa batu dalam komplek yang dipagari sekelilingnya itu, seolah bicara, dan ingin mengatakan bahwa dia pembuat peradaban itu dulunya.

Teriknya panas, Selasa (31/5/2022) seketika hilang hangatnya oleh kesepian di komplek Menhir Koto Tinggi, Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota.

Banyak orang menyebutkan, kalau Menhir itu kuburan lama. Lama sekali. Malah orang yang pertama kali datang dan hadir di situ membuat peradaban, sebelum zaman prasejarah.

Ada sekitar 500 an Menhir di situ, dalam hitungan banyak orang yang memberitakannya. Di bagian tengah ada tempat duduk yang dibuat dari semen.

Dan itu mungkin ada juga benarnya. Karena sebagian ada yang berbentuk kuburan. Ya, kayak baju nisan lama. Namun, di sisi lain, ada batu besar, tinggi, kadang ada lukisan dan tulisan.

Apakah itu kuburan juga. Entahlah. Cukup lama saya punya keinginan ke "mudiak" itu. Kampung sekitar 45 kilometer dari Kota Payakumbuh arah ke barat ini, baru Selasa kemarin saya tempuh.

Kami bertiga, dua motor. Pipit Faidal Fanum dan Burhanis Arfan. Dari Belubus berangkat sekitar pukul 10.00 wib, menyisiri Bukik Barisan.

Banyak mendaki, tentu banyak pula menurun. Banyak kelokan, membuat kita harus hati-hati, lantaran turunan terjal, ada lurah di sebelah kiri dan kanan jalan.

Menyebut nama Maek, orang sudah tahu negeri itu terkenal dengan seribu menhirnya. Dan memang itulah nagari yang dulunya tak ditempuh kendaraan.

Dulu, dari Maek ke Limbanang orang naik kuda. Kuda beban dinamakan sampai Simun. Lalu dari Simun baru naik mobil ke Limbanang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun