Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Santri Madrasatul 'Ulum Isi Malam Ramadhan dengan Tadarus Tafsir Jalalein

17 April 2022   01:06 Diperbarui: 17 April 2022   01:13 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Madrasatul 'Ulum sedang tadarus tafsir dalam mengisi malam Ramadhan. (foto dok damanhuri)

Tafsir Jalalein merupakan kajian utama di setiap pesantren berbasis surau. Tak terkecuali di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan juga begitu adanya.

Setiap kelas, daftar pelajaran yang pertama itu Tafsir Jalalein. Alquran yang ditafsirkan oleh dua ahli tafsir hebat, Jalaluddin Suyuti dan Jalaluddin Almahalli.

Kecuali kelas dasar dan pemula masuk pesantren, belum belajar itu. Tafsir ini pun jadi ajang menaikan tingkat ke tafsir lainnya, yang cukup banyak.

Tafsir itu dibaca dengan sistem mendaras, alias cepat dan kencang. Semangkin kencang dan jelas, santri itu tentu dapat predikat sebagai santri pilihan.

Namun, dalam perlombaan kitab kuning, Tafsir Jalalein jarang dan nyaris tak pernah dilombakan.

Dalam lomba kitab standar, banyak dipakai kitab fiqh dari tingkat dasar hingga tingkat yang paling tinggi.

Oleh Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, sang pendiri Pesantren Madrasatul 'Ulum, tafsir ini terkenal mahir.

Dia tahu kalau santri itu salah memaknainya, meskipun sedang tidak melihat kitab tersebut.

Dengan keras dia menegur, bila santri salah dalam memaknainya. Sebab, dalam falsafah Minangkabau, hafal kaji akibat diulang-ulang.

Kajian Tafsir Jalalein ini dan kitab kuning lainnya, dinilai punya pengaruh yang amat luar biasa. Bila tak diulang-ulang jangan harap akan tersimpan maknanya dalam kepala seorang santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun