Tafsir Jalalein merupakan kajian utama di setiap pesantren berbasis surau. Tak terkecuali di Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan juga begitu adanya.
Setiap kelas, daftar pelajaran yang pertama itu Tafsir Jalalein. Alquran yang ditafsirkan oleh dua ahli tafsir hebat, Jalaluddin Suyuti dan Jalaluddin Almahalli.
Kecuali kelas dasar dan pemula masuk pesantren, belum belajar itu. Tafsir ini pun jadi ajang menaikan tingkat ke tafsir lainnya, yang cukup banyak.
Tafsir itu dibaca dengan sistem mendaras, alias cepat dan kencang. Semangkin kencang dan jelas, santri itu tentu dapat predikat sebagai santri pilihan.
Namun, dalam perlombaan kitab kuning, Tafsir Jalalein jarang dan nyaris tak pernah dilombakan.
Dalam lomba kitab standar, banyak dipakai kitab fiqh dari tingkat dasar hingga tingkat yang paling tinggi.
Oleh Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, sang pendiri Pesantren Madrasatul 'Ulum, tafsir ini terkenal mahir.
Dia tahu kalau santri itu salah memaknainya, meskipun sedang tidak melihat kitab tersebut.
Dengan keras dia menegur, bila santri salah dalam memaknainya. Sebab, dalam falsafah Minangkabau, hafal kaji akibat diulang-ulang.
Kajian Tafsir Jalalein ini dan kitab kuning lainnya, dinilai punya pengaruh yang amat luar biasa. Bila tak diulang-ulang jangan harap akan tersimpan maknanya dalam kepala seorang santri.