Sudah lama tak bersua, Ahad (6/3/2022) saya dipertemukan dengan penguasa Ulayat Katapiang, B. Rangkayo Rajo Sampono.
Kami sama-sama menjenguk di Korong Tabek, di rumah duka seorang orang tua meninggal dunia.
Ingatan Rajo Sampono yang biasa disapa Mamak oleh banyak orang ini sangat kuat.
"Sini duduk. Sudah lama kita tak jumpa," kata dia, sambil dikerumunin banyak orang yang melayat saat itu.
Dia merasakan, saya wartawan yang cukup sering berinteraksi dengannya, sehingga selalu ingat siapa saya meskipun rentang waktu tak jumpa lumayan panjang dan lama.
Baginya, tak ada kusut yang tidak selesai, keruh yang tidak akan jernih. Beralam luas berpandangan jauh ke muka.
Itulah seorang niniak mamak dan pangulu di Minangkabau. Rajo Sampono, tak pula ada orang yang tidak kenal dengan dia di seantero Katapiang itu.
Sejarah lapangan terbang yang kini bernama Bandara Internasional Minangkabau (BIM), adanya tentu tak terlepas dari power Rajo Sampono.
Terhunjam kuat, dan berkali-kali diceritakannya. Proses penggagalan di DPR RI dulu, lantaran tak juga kunjung selesai persoalan tanah rencana bandara, pun di tangannya tuntas.
Hanya satu jawaban, Hamengkubuwono di Yogyakarta, Rajo Sampono di Sumbar, sama kedudukannya.