Ancaman dan teror, umpatan, rasa kurang puas yang ditumpahkan narasumber ke wartawan yang menulis berita, adalah vitamin untuk menambah semangat kerja.
Sebagai pekerja kontrol sosial di tengah masyarakat, saya sering dan acap menerima ancaman dari narasumber yang merasa kecewa dari berita yang terbit dan beredar luas.
Bahkan, ancaman hukum dan akan dibunuh, Alhamdulillah tak membuat nyali dan integritas saya ciut.
Adalah seorang komisioner KPU di daerah saya yang diduga menghamili seorang wanita di kampungnya.
Beritanya jadi headline di Singgalang, dengan judul yang cukup unik dan menarik.
Coblosan anggota KPU berbuntut panjang. Itu judulnya. Pas berita keluar, yang bersangkutan langsung menelpon saya, dengan nada ancaman.
Sebelumnya, saya menghubungi dia sebagai berita cek. Memperlakukan narasumber sebagai praduga tak bersalah.
Konfirmasi lengkap, dan keluh kesah korban yang merasa diitukan juga panjang lebar ceritanya.
Tak cukup telpon, SMS dia ke saya pun bertubi-tubi. "Kemana pun kau lari akan saya kejar. Saya bunuh kamu," tulis dia di SMS.
Faktanya, dia tak pernah membunuh dan memperkarakan berita itu, ketika bersua dan berhadapan dengan dia. Sekarang yang bersangkutan jadi seorang walinagari di kampungnya.